35 : Kunjungan

1140 Kata
            Sudah empat hari Nabila tidak bertemu dengan Barga.             Lantaran laki-laki itu terlalu sibuk dengan jadwal terbangnya yang kelewat padat hingga tak punya sedikit waktu pun untuk bertemu. Barga akan kembali menjadi seorang pilot sibuk yang selalu berangkat malam dan pulang pagi, namun selama 4 hari itu jadwalnya benar-benar tidak tertata dengan rapi sampai-sampai jangankan pulang pagi bahkan Barga malah tak pulang karena sangking sibuknya dengan pekerjaan.             Tapi hari ini Barga sudah bilang bahwa dia kosong dan ingin bertemu dengan gadis itu.             Barga baru pulang sekitar jam tiga subuh dan dia bilang akan datang ke rumah Nabila sekitar sehabis dzuhur karena dirinya ingin istirahat terlebih dahulu karena terlalu lelah. Nabila mengiyakan ucapannya, tapi Barga tidak tau saja bahwa ternyata gadisnya itu sudah menyambangi rumahnya sejak pukul sembilan pagi.             Nabila pikir akan sangat lelah jika Barga harus ke rumahnya yang jujur saja memiliki jarak cukup jauh dari rumahnya sendiri. Laki-laki itu juga sudah kurang istirahat selama empat hari jadi Nabila memilih dirinya saja yang datang, karena jika dipikir-pikir Nabila juga sudah lama tidak berkunjung dan dia merindukan Mama Sera dan Papa Daniel.             Nabila sudah menghubungi Ibu Barga bahwa dia akan berkunjung dan Sera bilang bahwa dia aka berbelanja kebutuhan bulanan rumah dan Nabila menawarkan untuk ikut serta menemani jadilah dirinya datang ke supermarket langganan keluarga Bagaskara dan bertemu Mama Sera disana.             Mereka menghabiskan waktu untuk belanja selama dua jam lebih sambil sesekali mengobrol bertanya kabar, Sera juga sempat berkata bahwa Barga bilang padanya Nabila belum mau bekerja karena masih ingin istirahat terlebih dahulu. Dan dari percakapan itu Nabila jadi sadar bahwa ada banyak sekali orang yang perduli terhadap masa depannya, dan juga fakta lain bahwa Barga amat senang membagi kisah tentangnya dengan orang-orang di rumah.              Tak terkecuali kisah tentang Nabila.             Setelah dua jam berkeliling dan dirasa sudah cukup membeli berbagai kebutuhan akhirnya Sera mengajak Nabila untuk pulang dengan pertanyaan mau makan diluar dulu sama Mama apa nanti aja kita masak bareng di rumah?             Tentu saja Nabila memilih untuk makan di rumah dan masak bareng dengan wanita itu karena kegiatan seperti ini akan sangat langka terjadi, Nabila dan Mama Sera harus memiliki waktu yang pas jika ingin melakukan hal-hal kecil seperti itu.             Pada akhirnya mereka pulang dengan kesepakatan yang sudah Nabila pilih, memasakan dan makan bersama di rumah. *             Hari ini hari Minggu, walaupun hari libur Mama Sera bilang bahwa biasanya rumah akan tetap sepi karena semua orang akan tetap sibuk, biasanya hanya akan ada Mama Sera dan Papa Daniel yang sudah pensiun di rumah itu. Tapi hari ini berbeda, seluruh keluarga Bagaskara kebetulan ada dirumah di Minggu pagi ini dan datangnya Nabila tentu mendapatkan sambutan hangat dari mereka semua.             “Loh, Mama sama Nabil perginya? Pantesan tadi Aksa temenin enggak mau ternyata udah ada temennya.” Aksa yang kebetulan sedang menonton televisi itu melihat Mamanya dan Nabila masuk bersamaan, dirinya langsung bangkit tanpa disuruh untuk membantu membawakan belanjaan bulanan rumah mereka.             “Iya, Mama sengaja enggak mau dianterin sama kamu karena Bila udah menawarkan diri buat nemenin Mama. Mana yang lain, dek? Belum pada bangun apa?”             “Papa lagi mandi, kalo kakak lagi telponan sama Zinde di kamar biasalah bucin, kalo abang masih tidur soalnya dia baru pulang jam tiga subuh, kamu udah tau?”             Nabila mengangguk, sadar pertanyaan Aksa tadi tertuju untuknya karena laki-laki itu sekarang melihat ke arahnya. “Tadi jam tiga juga waktu Barga baru pulang dia ngechat kok, dia juga bilang nanti siang mau ke rumah tapi kayaknya dia cape banget jadi gue aja yang kesini, lagian udah lama enggak main.”             “Eh, ada Nabila.” Daniel baru saja turun dari lantai dua, benar kata Aksa dia baru saja mandi karena rambutnya terlihat basah sekarang.             “Halo, Pa, lama nggak ketemu, hehe.”             Jangan heran mengapa kini Nabila memanggil orangtua Barga dengan sebutan Mama-Papa itu karena Daniel sendiri yang meminta, jangankan Nabila, Zinde dan Lalisa pun yang notabenya dekat dengan dua anaknya yang lain pun dititahkan hal yang sama karena Daniel sudah yakin bahwa tiga gadis itulah yang kelak akan menjadi menantunya nanti.             Pede sekali memang, tapi biarkan sajalah.             “Bila enggak bangunin Barga aja? Masa kamu di sini tapi Barganya tidur?” tanya Daniel lagi dan dibalas gelengan oleh Nabila.             “Biarin aja Barganya tidur om, dia kurang istirahat kasian. Aku mau bantu Mama Sera masak dulu nanti Barganya juga bangun sendiri, biasanya jam sepuluhan udah bangun, sih.”             “Hm, udah hapal banget ya sama sifatnya Barga.” Ledek Daniel yang hanya dibalas tawa kecil oleh Nabila.             “Daritadi tuh gue mendengar suara seseorang tapi kayak rada nggak yakin gitu dia ke sini soalnya sombong banget udah lama nggak main, eh, taunya beneran ada di dapur lagi bantuin Mama masak.”             Raka tiba-tiba saja turun ke lantai satu dan berkata demikian, entah apa maksudnya tapi Nabila yakin bahwa dirinya lah sasaran utama atas sindiran tersebut.             “Ye, lo nggak tau diri banget padahal beberapa hari lalu Nabila baru aja dateng ke kantor bawain makan siang buat kita.” Aksa yang masih betah duduk di sofa depan televisi membela Nabila dari mulu jahil Kakaknya itu.             “Sewot banget lu,” kesal Raka kemudian menjitak kepala adiknya itu.             “MA, LIAT DEH KAKAKNYA JITAK-JITAK!!!”             Yah, malah berantem.             Tak lama kemudian, suara Mama Sera langsung terdengar untuk melerai kedua anak kembarnya tersebut, Nabila yang memperhatikan hanya bisa tersenyum kecil. Dia jadi ingat Barga pernah bilang kalau dia rindu suasana rumahnya yang dulu, yang selalu ramai dengan pertengkaran-pertengkaran kecil dari kedua adiknya apalagi ketika pagi sebelum mereka semua berangkat ke sekolah.             Mungkin rindu yang Barga maksudkan adalah hal seperti ini karena Nabila juga bisa melihat ada senyum kecil yang tersemat di bibir Papa Daniel setelah melihat kedua anaknya tanpa adanya niat untuk melerai.             Memang pasti akan aneh melihat mereka berdua masih suka bercanda terlalu sering mengingat bahwa umur keduanya bahkan sudah bisa dibilang sebagai umur yang dewasa. Namun jika sesekali seperti ini rasanya tak masalah.             Tak dirasa sudah jam sepuluh lebih, Nabila juga sudah selesai memasak dan sekarang dia sekarang menonton televisi bersama Raka dan Aksa. Sebenarnya Nabila sedikit cemas karena Barga belum juga ada tanda-tanda keluar, batang hidungnya belum terlihat sama sekali dan Nabila jadi khawatir.             Apakah dia selelah itu sampai jam tidurnya pun harus mendapatkan waktu lebih lama?             “Nabila, coba disamperin Barganya ke atas, dibangunin disuruh makan dulu soalnya dia belum makan juga,” pinta Sera dan Nabila mengangguk langsung naik ke lantai atas di mana kamar Barga berada.             “Ga,” panggil Nabila mencoba membuka pintu dan ternyata tidak dikunci.             Nabila bisa mengetahui Barga yang tertidur di tutupan selimut, hanya saja kenapa tubuhnya kelihatan seperti meringkuk? Dan mengapa Nabila mendengar desisan kecil seperti orang kedinginan?             Dengan cepat Nabila mendekat lalu menyingkap selimut Barga, terkejut melihat laki-laki itu sudah meringkuk seperti kedinginan membuat Nabila refleks mendekatkan punggung tangannya pada kening laki-laki itu.             Pantas saja Barga telat bangun, karena kenyataannya sekarang laki-laki itu sedang demam.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN