“Masa kita udah tunangan tapi Hana malah nangis terus? Nanti Edo ngira Hana ga bahagia sama Edo.” “Ngga gitu.” “Udah ya, sayang. Jangan nangis karena yang lalu lagi. Kalaupun Hana sesedih ini, kalaupun Edo bersimpuh sampai lutut Edo luka, apa yang sudah lewat ga akan kembali, Na.” Hana menatap gue nanar. Gue paham kesedihannya. Gue pun masih seringkali meneteskan air mata kala teringat sakitnya berpisah dengan dia. Tapi mengingat masa-masa itu ga akan merubah masa lalu kan? “Oke, Na?” “Iya.” “Kita mau sampai foyer ini aja, atau Hana mau lihat rumah kita ke dalam?” “Rumah kita?” “Iya, rumah kita.” Air matanya menetes lagi. Hana memang gampang sekali menangis. Namun kali ini, senyuman manis turut terbit di wajahnya. Rumah The Wisesas dibangun di atas tanah seluas 350-mete