Pernahkah kalian mencintai seseorang hingga mengenalnya sebaik kalian mengenal diri sendiri? Bahkan kalian sampai bisa membedakan mana senyum cerianya, dan mana senyuman yang ia berikan untuk menutupi kekalutan atau ketidaknyamanan di pikirannya. Jika aku yang mendapatkan pertanyaan itu, maka akan kujawab dengan tegas, YA! AKU MENCINTAI EDO SAMPAI SEDALAM ITU. “Sayang!” tegurku riang kala mendapati ia yang memisahkan diri, duduk sendiri di sebuah anak tangga di pendopo barat, sementara semua kerabat dan keluarga sudah berada di ruang resepsi pernikahan Bang Irgi dan Kak April. Aku sudah memperhatikannya sedari tadi, ada sesuatu yang sedang mengganggu pikirannya. “Hey sayang,” balasnya ramah. Aku mengulurkan tanganku, meminta telapaknya. Edo pasrah saja, menyambut genggamanku, membiarka