Setelah semua prosesi wisuda berakhir, aku kembali pada Edo dan keluarga kami. Ucapan selamat dan pelukan erat mereka berikan satu per satu. Ah, bahagia rasanya memiliki keluarga sehangat ini. Namun yang sedikit tak biasa adalah, suamiku berubah menjadi soundless hubby. Sedari tadi suaranya nyaris tak terdengar. Hanya menggeleng, mengangguk, dan tersenyum. “Kenapa sih? Aa’ dari tadi senyam senyum aja liat Hana.” Edo menggeleng kembali. “Shock dia, Na! Tau-tau istrinya became the center of the hall of fame.” Bang Dirga yang menjawab. “Aa’ iiih. Udah atuh ngeliatinnya. Lama-lama Hana jadi salting tau.” “Ga nyangka, Na,” ujar Edo, lembut. “Kan Hana udah cerita.” “Hana kan bilang GPA Hana di atas 3,5. Bukannya almost perfect!” Kini aku yang mencengir. “Waktu S1 kan juga gitu,