Sudah lebih dari lima menit, Mas Al hanya memelukku tanpa suara. Setelah dari kondangan Pak Munif dia mengajakku check in hotel. Awalnya aku menolak, tetapi dia terus memaksa. Dia bilang, dia hanya butuh ruang private untuk berduaan. Dari caranya memaksaku, itu seperti bukan Mas Al yang biasanya. Akhirnya aku mengiyakan meski dengan perasaan ketar-ketir tidak karuan. Sepertinya Mas Al memang sudah niat mengajakku check in karena dia bahkan membawakan baju ganti untukku. Agaknya itu milik Kak Dila. Dia juga membawakan perlengkapan lain yang kiranya akan kubutuhkan. “Kenapa, Mas?” aku mendongak. “Mas kok kayaknya capek banget, ya?” Mas Al menunduk. “Masa, sih?” “Emang enggak?” “Hm ... iya. Makanya ini lagi isi baterai.” Aku tersenyum. “Ya udah. Kalau gitu boleh peluk sepuasnya.