“Kak Aris cepat sembuh ya. Nanti kita ngopi lagi di minimarket, kalau Kakak udah sembuh,” pamit Jemima yang hari ini sudah diizinkan untuk pulang oleh dokter yang menanganinya. Gadis itu tersenyum hangat pada Aris yang wajahnya masih lebam-lebam. “Iya, kamu hati-hati ya. Nanti sopir saya yang akan antar kamu pulang. Ingat, langsung pulang. Nggak boleh mampir ke mana-mana.” Aris mewanti-wanti. “Iya, Kak,” jawab Jemima patuh. Meski sebenarnya dia ingin sekali menjenguk Semeru. “Saya tahu kamu ingin menemui Semeru,” ucap Aris yang seolah bisa membaca pikiran Jemima. Jemima hanya mengedipkan mata, mendengar pertanyaan Aris. “Iya, Kak.” Aris mengembuskan napas berat. Jemima sudah kecintaan sama Semeru, sulit untuk dipisahkan meski Semeru kerap mengasarinya. “Kamu boleh menemuinya, tapi