52. Pertanyaan Iqbal

2022 Kata

“Mas Iqbal marah, ya?” Ini adalah pertanyaan yang ke sekian kalinya, dan lagi-lagi aku tidak mendapat jawaban. Mas Iqbal tampaknya kecewa. Tadi dia hanya sempat menepuk kepalaku sesaat setelah aku bertanya tetang Pak Arvin. Dia tidak menjawab, malah memilih untuk mengitari mobil dan segera masuk. Alhasil, kami pulang dalam keadaan hening. “Mas Iqbal ... jangan diam aja, dong. Ayo, janjinya mana? Kita harus pulang ke rumah Mama. Tadi udah janji mau di sana seminggu.” Aku masih berusaha membuat dia membalas kalimatku. “Malam kita ke sana.” “Kenapa nunggu malam? Maunya sekarang.” “Kalau mau sekarang, pergi sendiri.” Nadanya datar, tetapi terdengar sangat menyakitkan. Detik itu juga air mataku sudah menggenang di pelupuk. “Ya udah. Aku mau ke rumah Mama sendiri!” balasku dengan sua

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN