Jenny menatap genangan air berlumpur di lantai butiknya dengan wajah frustasi. Tangannya sudah penat mengayunkan sapu guna menghalau rembesan air itu, namun air itu terus meluap dan kembali membanjiri butiknya. Suara petir dan guyuran hujan di luar sana kembali menggema keras. Jenny menghela napas panjang, lalu memejamkan matanya sejenak. Tak lama kemudian setetes bening mulai mengalir pelan di pipinya seiring dengan jemarinya yang sudah melepaskan gagang sapu yang sedari tadi dipegangnya. Jenny kembali membuka mata. Kacau. Suasana butiknya kini terlihat berantakan. Sebagian barang dagangannya bahkan sudah kotor dan terendam air karena terlambat diselamatkan. Hancur sudah. Malam ini dia benar-benar merasa jengah dengan apa yang sudah menimpanya itu. Jenny menatap nanar pada kedua kakiny