29. Love?

1512 Kata
POV Marco Sudah lebih dari satu bulan sejak malam dimana Debby muncul di apartemenku, satu bulan sejak aku melihatnya, satu bulan sejak aku mendengar tentang dia dan satu bulan sejak aku mulai merindukannya. Aku tidak berbohong. Ditinggalnya, aku begitu terlihat berantakan dan menyedihkan. Aku tidak pernah menyadari betapa aku sangat menginginkannya, ingin bersamanya. Tapi kini dia memilih untuk pergi meninggalkanku dan pergi dari hidupku. Aku telah menghabiskan satu bulan lalu hanya dengan berdiam diri menyendiri. Aku bahkan tidak pernah mendekati wanita lain sejak dari kejadian malam itu. Ketahuilah bahwa itu semua seperti bukan diriku yang sebenarnya, tapi itulah kenyataannya. Aku tidak merasakan sakit seperti yang aku rasakan dalam sebulan terakhir. Aku tidak pernah tahu dan tidak pernah menyadari kalau aku bisa merasakan hal ini. Itu semua adalah hal yang baru bagiku. Saat ini aku sedang berada di sofa, dan menatap langit-langit. Aku meraih ponselku, memutuskan untuk mencoba dan membuatnya berbicara denganku, karena aku belum siap untuk menyerah begitu saja. mengapa itu semua terasa begitu tidak menyenangkan? Dan sekarang aku harus melihat dia benar-benar menjalin hubungan dengan orang lain. Aku tidak terima. Aku hanya ingin dia melakukan semua itu padaku, bukan pada orang lain. Dari Marco ke Debby: Debby, tolong bicaralah denganku? Aku sangat merindukanmu. Aku berbaring menatap ponselku selama satu jam lamanya dan dia tidak pernah membalas pesanku. Aku menggenggam erat ponsel yang ada di tanganku dan melemparkannya ke dinding hingga pecah berserakan di lantai. Aku meraih sebotol scotch yang ada di samping sofa tempatku berbaring, lalu mengayunkannya lama-lama. Scotch telah menjadi sahabatku selama sebulan terakhir, ia bisa menghentikan rasa sakitku meskipun hanya sesaat. Aku tidak mengerti mengapa aku bisa begitu merasa terluka?  Dia tidak pernah benar-benar menjadi milikku, tidak akan. Mungkinkah aku jatuh cinta padanya? Bukankah kita tidak bisa jatuh cinta dengan seseorang dengan begitu cepat, apalagi ketika waktu yang kita habiskan hanyalah untuk bermain-main bersama, berdebat dan juga hubungan sekss semata. Aku merindukan bibirnya di bibirku, tubuhnya yang dekat denganku. Sungguh aku sangat merindukannya tertawa atau betapa marahnya dia padaku ketika aku mengacaukan dia. “MARCO HENRY WILLIAM!! PERGI DARI SOFAMU SEKARANG!” aku mendengar seseorang berteriak padaku. Aku mendongak melihat ibuku dan Edward yang berdiri disana. “Pergi! Tinggalkan aku sendiri.” Kataku dengan kesal karena kehadiran mereka yang mengganggu diriku. Aku belum menjalin komunikasi dengan orang-orang banyak. Aku belum mempekerjakan orang lain untuk menjalankan bisnis klub malamku untukku. Aku telah berubah menjadi orang yang sangat menyedihkan dari seorang pria hanya karena seorang wanita. apa yang salah denganku? “Tidak! Kami semua tidak pernah mendengar kabar hari-harimu selama sebulan terakhir. Kami semua khawatir padamu.” Kata ibuku dengan nada ke khawatirannya. Aku merasa jadi tidak enak dan bersalah karena telah membuat ibuku merasa khawatir seperti ini. Tapi aku tidak pernah menginginkan orang lain melihatku dalam keadaan hancur seperti ini, karena aku yang sekarang bukanlah diriku yang sebenarnya. Aku tidak mengerti kenapa aku bisa jadi seperti ini. “Aku tahu, aku minta maaf padamu, Bu. Ada banyak hal yang terjadi dalam diriku belakangan ini.” Kataku sambil duduk. Dia menatapku dengan tatapan khawatir, melangkah maju dan duduk di sampingku di sofa. “Anakku, Marco, apa sebenarnya yang sedang terjadi pada dirimu, Nak?” tanya ibuku. “Aku sedang kehilangan, Bu. Aku mengacaukannya dan membuatnya hilang dari hidupku.” Jawabku, menghela nafas, lalu mengacak-acak rambutku dengan tanganku. Ibuku menatapku bingung, tidak mengerti siapa yang sedang aku bicarakan. Kupikir Edward akan memberitahu ibuku tentang diriku dan Debby. Akupun menatap Edward bingung. “Apa kau tidak memberitahu Ibuku?” tanyaku pada Edward. “Tidak. Itu bukanlah hak dan urusanku.” Jawab Edward kemudian duduk di sisi lainnya. “Aku sedang berbicara tentang Debby, Bu. Sekarang aku kehilangan dia. Aku mengacaukan segalanya dan sekarang aku begitu sangat berantakan tanpa dirinya. Aku sudah mengacaukan segalanya hingga dia benar-benar tidak menjadi milikku. Sekarang dia sedang bersama dengan pria lain, pria yang pantas mendapatkannya, seorang pria yang memperlakukannya dengan baik dan sebagaimana seorang pria memperlakukan wanita yang seharusnya” kataku menatap sendu Ibuku. Aku merasakan patah hati lagi, dengan mengingat orang lain yang menyentuhnya dan menciumnya. “Marco, apa sebenarnya yang sedang kamu bicarakan? Dia bersama orang lain? Siapa?” Edward bertanya padaku dengan bingung. Kenapa dia terlihat bingung? Dia masih bersama dengan Adel, seharusnya dia tahu bahwa Debby sekarang bersama dengan orang lain sekarang. “Pria yang dia kencani, sekarang dia bersama dengannya bukan? Dia sendiri yang mengatakan padaku malam itu.  Bahkan malam itu aku sendiri melihatnya sedang bersama dengan pria itu. Debby bahkan mengatakan kalau dia akan menjalin hubungan yang serius dengan pria itu dan ingin berhenti untuk bermain-main lagi” kataku menjelaskan kebingungan Edward. “Marco, Debby masih sendiri. Tidak pernah ada hubungan yang terjalin di antara mereka. Pria itu ternyata seorang b******n. Pria itu bahkan sudah menikah, dia sudah mempunyai istri. Debby mengetahuinya saat istrinya datang ke apartemen Debby, beberapa minggu yang lalu” kata Edward yang membuatku terkejut. Apa? Bajingann itu menyakiti dan membohonginya? Beraninya dia berbuat seperti itu! Akan aku bunuh bajingann itu karena sudah berani mempermainkan dan menyakitinya. Pria macam apa yang dengan beraninya berbohong dan mempermainkan sebuah pernikahan? Ya, aku memang belum pernah menjalin hubungan seperti itu, tetapi jika aku sudah menikah, maka perhatianku akan tertuju pada istriku, bukan pada orang lain. Tunggu dulu. Sekarang aku berpikir tentang pernikahan? Yang benar saja! apa sebenarnya yang terjadi padaku? Aku tidak ingin menikah, TIDAK AKAN!! Sial!! Aku harus bisa menguasai diriku. ”Benarkah?” tanyaku terkejut. “Ya, benar.” Jawab Edward sambil tersenyum. “Marco, pergi dan katakan padanya bagaimana perasaanmu yang sebenarnya sebelum semuanya terlambat.” Kata Ibuku. “Ini sudah terlambat, Bu. Dia pantas mendapatkan seseorang yang lebih baik dariku. Aku sendiri bahkan tidak tahu bagaimana perasaanku yang sesungguhnya padanya. Yang aku tahu, hatiku sakit saat aku kehilangan dirinya, bahkan aku sangat merindukannya, semua tentangnya hingga seperti orang gila.” Kataku menjawab ucapan Ibuku. Edward dan ibuku saling memandang sebelum menoleh ke arahku, mereka berdua menyeringai. Mengapa mereka berdua menyeringai padaku? “Apa?” kataku bertanya. “Kau tidak tahu bagaimana perasaanmu padanya? Benarkah itu kawan?” kata Edward sambil tertawa. “Ya, sejujurnya aku memang tidak tahu.” Kataku sambil mengangkat bahu. “Marco sayang, itu artinya kau jatuh cinta pada Debby.” Kata Ibuku sambil menepuk bahuku. Jatuh cinta? Aku? Benarkah? Aku rasa tidak. Aku tidak sedang jatuh cinta kan? “Kalian berdua yakin?” aku bertanya memelototi mereka. Mereka berdua tertawa , menganggap kejengkelanku itu lucu yang membuatku semakin kesal. “Marco, jika kau tidak pernah mencintainya, maka kau tidak akan terluka sebanyak ini.” Kata Ibuku sambil memelukku. Aku menatap wajah ibuku dan ibuku memberiku senyuman kecil. “Bu, Aku tidak pernah jatuh cinta.” Kataku menghela nafas. “Aku tahu sayang, tapi kamu belum pernah bertemu dengan wanita seperti Debby. Dia mendorongmu. Dia tidak peduli siapa dirimu, apakah kau berasal dari keluarga yang kaya atau tidak. Dia tidak menerima omong kosongmu dan itu adalah hal yang baik. Kau membutuhkan orang seperti itu sayang. Baiklah, kau biarkan saja dia pergi dan jangan pernah kau katakan perasaanmu yang sebenarnya pada dirinya, ibu bahkan bisa menjamin kalau kau akan menyesalinya seumur hidupmu nanti. Marco, kau jatuh cinta padanya, tidak peduli seberapa keras kau mencoba menyangkalnya pada dirimu sendiri, perasaanmu padanya tidak akan pernah berubah.” Kata ibuku. “Bung, sekarang sudah saatnya kau menjadi dewasa. Sudah saatnya kau memiliki pasangan. Katakan padanya bagaimana perasaanmu yang sebenarnya. Tapi sebelum itu, pertama-tama kau harus mandi terlebih dahulu karena kau terlihat begitu sangat berantakan dan bau.” Kata Edward sambil tertawa. Mungkinkah mereka benar? Apakah ini semua benar? Tapi mengapa harus sesakit ini kalau aku jatuh cinta padanya? Aku tahu, dari lubuk hatiku yang paling dalam, semua yang mereka katakan padaku memang benar adanya. “Anggaplah kalian berdua benar. Tapi bagaimana caraku untuk memberitahunya? Dia bahkan belum membalas semua pesanku. Dia juga telah menolak semua panggilanku, memblokirku dari akun sosial medianya dan mengirim kembali semua hadiah yang pernah aku berikan padanya.” Kataku dengan lesu. “Mungkin kau harus mencoba dengan tiba-tiba muncul di depan pintu apartemennya” kata Edward yang selalu saja tertawa. Entah apa yang begitu terlihat lucu di matanya. “Dia pasti akan membanting pintunya tepat di depan wajahku” kataku sambil menghela nafas. “Lalu kau menolak untuk pergi sampai dia berbicara denganmu? Teruskan saja Nak, maka kau akan benar-benar kehilangannya. Kau bahkan belum mencobanya tapi kau seolah sudah pernah pergi kesana.” Kata ibuku yang terlihat sedikit kesal. Aku terdiam sejenak memikirkan semuanya di kepalaku dan aku pun memutuskan kalau apa yang dikatakan Edward dan ibu adalah benar. Aku harus pergi menemuinya, menunjukkan padanya kalau aku tidak akan menyerah begitu saja padanya. Aku akan mengatakan kalau aku mencintainya. Sudah waktunya untuk aku bangkit. “Kalian berdua benar. Aku harus pergi menemuinya dan mengatakan semuanya padanya. Aku harus mendapatkan kembali wanitaku.” Kataku dengan semangat bangkit berdiri. Aku tidak akan menyerah begitu saja padanya, aku tidak akan menyerah demi dirinya. Jika dia masih membenciku meskipun aku sudah mengatakan padanya, maka itu adalah pilihannya. Tapi setidaknya aku tahu kalau aku sudah mencoba semuanya. Sudah waktunya untuk mendapatkan seseorang yang benar-benar telah mencuri hatiku tanpa aku sadari.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN