Debby POV
" Kemana kita akan pergi? Aku perlu mengetahui itu sehingga aku bisa memutuskan apa yang akan aku kenakan" aku bertanya kepada Adel.
Kami sedang bersiap-siap untuk "Kencan Buta" kami malam ini. Aku benar-benar tidak bisa diganggu, ia tahu aku akan melakukan nya.
"Kami akan bertemu di bar Josie, lalu pergi mengunjungi klub yang dimiliki Marco Henry William rupanya, inilah tempatnya. Berpakaian seksi" dia menyeringai.
Hmm klub Marco, aku ingin tahu apakah dia akan ada disana. Aku ingin menggodanya lagi. Aku telah mengabaikannya sejak aku menyuruhnya untuk mengurus dirinya sendiri, bagaimanapun, dia tidak meminta petunjuk dan mengirimiku bom pesan teks di teleponku terutama dengan hal yang kotor. Mulutnya kotor, tentu saja, aku menikmatinya. Aku akan mengirimkan pesan teks kembali padanya pada akhirnya.
Aku memutuskan untuk memakai gaun hitam kecil favoritku untuk malam ini, yang menunjukkan salah satu fitur terbaik dari diriku yaitu, kakiku, setidaknya jika teman kencanku membosankan, aku terlihat cukup seksi untuk menemukan seseorang untuk diajak sedikit bersenang-senang.
Aku sudah menata rambut dan riasanku, rambut bergelombang dengan mata smokey. Tampilan klasik dan favoritku sepanjang masa.
"Selfie untuk i********:?" Adel menyeringai saat mengoleskan lip gloss untuk menyelesaikannya.
"Yah, ya!" Aku mengedipkan mata.
Adel dan aku mendekat, memberikan tampilan paling menggoda ke kamera, mengambil foto dan mengambil beberapa bidikan untuk memastikan itu berhasil. Dia menurunkan handphone nya, membiarkan kami berdua melihat foto itu.
"Gadis sialan, kita terlihat baik" Adel mengedipkan mata, mempostingnya, lalu menandaiku di dalam nya.
"Bukankah kita selalu seperti itu?" Aku terkikik, membuatnya melakukan hal yang sama.
Ponsel kami mulai terus berbunyi dengan notif suka ataupun komentar. Aku menyeringai saat melihat Marco adalah salah satunya.
Marco Henry William" Hot!! Sialan, fotomu sangat sexy
Debby Allana Khiel: Ini terlalu seksi untukmu tua William
Marco Henry William: Aku tidak terlalu yakin tentang itu baby.
Aku berhenti begitu saja, tidak ingin media sosial menjadi segalanya dalam bisnisku…. Tidak, terima kasih.
"Kau serius, Apa yang terjadi dengan kalian berdua?" Adel tertawa.
" Tidak ada. Aku hanya senang menggodanya, menunjukkan kepadanya bahwa dia tidak bisa mendapatkan apa yang dia inginkan dengan semudah yang dia pikirkan. Dia menginginkan semua ini, maka dia harus berusaha untuk itu" kataku sambil mengedipkan mata.
"Kau jalang yang buruk" Adel berkata dan menampar bokongku sebelum berjalan pergi, tertawa. "Sekarang bersiaplah" dia berkata lagi.
Aku meraih tas tanganku, memastikan aku memiliki segalanya sebelum menuju ke ruang tamu dengan segelas anggur sampai taksi tiba disini. Aku memutuskan, mungkin sudah waktunya membalas pesan Marco. Aku sudah membiarkan dia menggantung cukup lama.
Debby Allana Khiel: Hai seksi, apa kau rindu padaku? Haha
Marco Henry William: Tentu saja, kau menggoda junior seksi. Apa kau memposting fotomu dengan gaun itu untuk menggodaku?
Debby Allana Khiel: Mungkin. Kau harus melihat apa yang ada di bawahnya. Apakah kau suka renda hitam dan merah?
Marco Henry William: Mmm ya sangat ingin. Aku tidak percaya kau memilikinya. Kau mungkin perlu membuktikannya kepadaku. Aku butuh bukti fotografis sebelum aku percaya padamu.
Kau memainkan dengan baik, Marco. Namun aku tidak akan terpengaruh untuk itu. Aku Yakin kau belum berusaha cukup keras untuk melihat aku dengan lingerie seksi. Kau akhirnya akan melihat aku di dalamnya. Aku punya banyak pakaian dalam, dan mungkin aku akan memberinya peragaan busana kapan-kapan.
Debby: Percobaan yang bagus William, tapi tidak! Kau harus berusaha lebih keras untuk itu
Marco: Oh aku akan coba karena aku tahu itu akan sia-sia.
Debby: Baiklah aku bisa berjanji padamu, aku akan pergi berbicara denganmu kapan pun aku mau
Marco: Aku menantikannya. Kau tau bagaimana menemui ku jika kau menginginkan aku, sayang jika teman kencanmu mengerikan.
Aku menyeringai, lalu memasukkan ponselku ke dalam tas dan menuju taksi yang menunggu. Aku berharap dia akan memberi tahu aku sesuatu, apapun tentang pria yang akan aku kencani itu.
"Kau akan memberitahuku seperti apa dia sebenarnya?" Tanyaku saat kami berjalan ke bar.
"Dia seksi, dan sangat tipemu" Adel mengedipkan mata.
Aku memutar mataku malas, tahu hanya itu yang akan ia berikan padaku. Dia lebih baik mengatakan yang sebenarnya.
Adel terkikik padaku, kurang nya kesabaran aku menghiburnya. Kami segera berhenti dan keluar, membayar sopir, lalu menuju ke bar. Penjaga keamanan memeriksa kami dan memukul kecil b****g kami saat kami pergi. Kami menyeringai dan mengedipkan mata pada mereka sebelum pergi.
"Ini dia" kata Adel bersemangat, sambil menunjuk sebuah meja.
Aku melihat ke atas untuk melihat siapa yang dia tunjuk.
"Sial, dia seksi seperti yang kau katakan, kenapa lama sekali kau mengajaknya kencan?" Aku tersenyum.
"Dia punya pacar beberapa minggu yang lalu" kata Adel.
Dia adalah pria tampan dengan ikal gelap dan matanya yang gelap, dia hanya tipe nya Adel. Padahal dia sendirian.
"Oh well, temannya tidak pernah muncul, kau lihat nanti" aku tertawa.
"Tidak, dia mungkin ada di bar atau terlambat. Kau tidak akan meninggalkanku" dia cemberut, membuat aku terkekeh.
"Adel" dia tersenyum, berdiri untuk menyambutnya dengan senyum lebar di bibirnya.
"Edward, ini Debby, Debby ini Edward" dia tersenyum.
"Senang berkenalan denganmu" kami berdua berkata dengan serempak, saling berjabat tangan.
"Temanku akan segera datang dan bergabung dengan kita" dia tersenyum.
Adel dan Edward duduk, tepat saat aku akan duduk juga, aku merasakan sepasang tangan di pinggulku, dan napas panas di leherku.
"Apakah kau merindukan seksi? Sebuah suara menderu, membuat seluruh tubuhku merinding.
Marco? Tentunya tidak? Aku menatap Adel yang sedang duduk menyeringai padaku. Itu dia, dan wanita jalang itu tahu itu. Perlahan aku berbalik, wajahku menghadapnya beberapa inci darinya.
"Apa yang kau lakukan disini? Apa kau membuntutiku?" Kataku dengan tangan di pinggang, memelotot padanya.
" Kau ingin, aku adalah baby kencan butamu" dia berkata dengan angkuh. "Tapi aku ingin itu menjadi kejutan, itu sebabnya aku tidak pernah mengatakan apa-apa" dia berkata lagi sambil mengedipkan mata.
Catatan untuk diri sendiri untuk membunuh sahabatnya nanti.
Aku menoleh padanya, menatapnya juga, membuatnya tertawa. Apa mungkin ini serius? Dia tidak nampak seperti kencan bagiku. Aku kembali mengalihkan perhatianku kembali ke Marco, seringai bodoh masih di wajahnya.
"Sejak kapan kau berkenan? Tanyaku.
" Sejak aku tahu itu kamu. Hei, setidaknya kami tahu kau tidak bosan" dia menyeringai, menarikku ke dadanya.
Nafasku tercekat di tenggorokan seperti yang dia lakukan. Aku menatapnya, dia terlihat baik, yah, kapan dia terlihat buruk? Dia menatapku, matanya gelap sama seperti sebelumnya dan dia menjilat bibirnya. Aku melakukan hal yang sama, aku sangat ingin menciumnya.
"Apakah kalian berdua akan duduk atau berdiri saja disana saling menatap?" Adel terkekeh.
Aku tersadar dari lamunanku dan menarik diri Marco sebelum duduk. Marco meluncur ke sampingku. Tangan nya jatuh di paha telanjangku. Aku terkesiap sedikit, tidak terlalu keras, meskipun aku tidak berpikir, ada yang mendengarku. Aku mengabaikannya, dan ujung jarinya mulai menelusuri kulitku, naik lebih jauh dari pahaku.
"Kita akan minum" kata Edward, dia dan Adel menuju bar.
"Mmm sayang, kau terlihat sangat seksi dalam gaun itu" geramnya, jari-jarinya sekarang berada di paha bagian dalamku.
Aku mengerang keras, kepalaku jatuh kebelakang, dia melakukannya untuk keuntungannya. Aku segera merasakan bibirnya yang hangat di kulit leherku, ciuman lembut dan gigitan dari bibirnya. Aku merintih, mencengkram tepi meja.
"Kau yakin tidak ingin pergi dari sini? Karena Aku sangat ingin melihat apa yang ada di bawah gaun ini" dia mendengus
Umpatan! Keluar dari Debby. Aku menarik napas dalam-dalam, menyingkirkan tangan nya dari pahaku dan aku menyilangkan kakiku, menarik diri darinya, lalu menatapnya.
"Usaha yang bagus, tapi tidak" aku menyeringai.
"Kau akan menjadi kematianku wanita" dia menggeram padaku.
Aku terkikik, mengangkat bahu, Adel dan Edward segera kembali dengan minuman kami.
"Kenapa kalian berdua menyeringai seperti orang i***t? Adel tertawa.
"Entah, apa maksudmu" aku terkikik.
"Omong kosong!" Dia tertawa.
"Marco disini tidak terbiasa mendapatkan apa yang dia ingin. Kita akan berhenti begitu saja" aku menyeringai.
"Tidak, Debby berpikir seperti itu, tapi itu tidak benar karena aku selalu mendapatkan apa yang aku inginkan" kata Marco yang menyeringai juga.
Adel dan Edward menatap kami, mengangkat alis mereka.
"Katakan padaku bagaimana kalian berdua saling mengenal? Semua yang Marco katakan adalah F**k, ya, saat dia mengetahui bahwa kau adalah teman Adel yang sedang di jebaknya" Edward tertawa.
"Kami bertemu di tempat aku bekerja tadi malam. Marco mencoba untuk merayuku, memintaku untuk pulang dengannya. Dia gagal dengan apa yang dia lakukan dengan menyedihkan. Setelah itu, dia memutuskan untuk menguntitku. Meledakkan ponselku dengan Bom pesannya, tapi aku tidak pernah memberikan nomor ponselku, di mengirimiku bunga tapi aku tidak pernah memberinya alamatku. Seperti yang aku katakan, dia adalah penguntit" aku tertawa.
"Kau yang mengikuti aku di i********: sayang" dia tersenyum.
"Ya, dan kau lah yang terlebih dahulu mengirimi aku pesan sayang, kau lebih penguntit" aku terkikik.
Bagaimana kau mendapatkan nomor dan alamatnya itu teman penguntit kecil?" Edward terkekeh.
"Aku punya sumber terpercayaku. Bukan asal menguntit.. Gigih" dia mengedipkan mata.
Aku menatap temanku yang tampak sedikit bersalah.
"Ya tuhan, ternyata kau yang memberinya" kataku memelotot padanya.
"Apa yang bisa aku katakan? Dia sangat persuasif ketika dia ingin sesuatu" Adel terkikik.
"Kau beruntung aku mencintaimu, jalang" aku tertawa.
"Aku tahu" Adel berkata, mengedipkan mata padaku.
"Aku pikir kau akhirnya bertemu dengan kau cocok" Edward menyeringai pada Marco.
"Mungkin. Dia akan memberiku meskipun mereka selalu lakukan" Marco berkata dengan percaya diri, tangannya di lututku.
"Game on sayang" aku menyeringai.
Malam ini menjadi jauh lebih indah dan menyenangkan.