POV Marco
Dia sangat seksi dan sedikit menggoda. Aku tidak sabar untuk menyentuhkan tangan dan bibirku ke seluruh tubuhnya, menempelkan tubuh telanjangku ke tubuhnya. Aku belum pernah bertemu orang seperti dia, dia membuatku kesal dengan cara yang tidak pernah dilakukan siapa pun, itu karena biasanya wanita tidak membuatku berusaha sekuat ini.
Aku biasanya bisa mendapatkan apa yang aku inginkan dengan sangat cepat, fakta bahwa dia tidak menyerah kepadaku dengan cepat membuat aku lebih menginginkannya. Aku tidak sabar untuk mendaratkan tanganku di setiap lekuk tubuhnya yang indah. Dia telah menguasai pikiranku dengan cara yang tidak pernah orang bisa melakukannya.
"Yah, aku harus pergi. Aku ada kencan buta malam ini untuk membantu seorang teman" dia berkata, memutar matanya, menarikku keluar dari pikiran kotorku.
"Lupakan, dan kau bisa menghabiskan malam bersamaku di tempat tidurku. Aku akan membuatnya layak untukmu sementara, janji" aku mengerang padanya.
"Mungkin lain kali. Aku tidak bisa mengecewakan sahabatku. Jika pria itu seperti yang terakhir dia jodohkan denganku, aku akan bosan sampai menangis" dia terkikik. "Jadi bersiaplah untuk merasa kesal mungkin. Aku mungkin menggunakanmu sebagai pengalih perhatian" dia menambahkan.
"Aku baik-baik saja dengan itu" aku mengedipkan mata.
"Terima kasih untuk makan siangnya tampan" dia mengedipkan mata. "Aku benar-benar harus pergi" dia menambahkan, cemberut padaku.
"Bolehkah aku mengantarmu ke mobilmu?" Aku bertanya.
"Tentu, tapi itu seperti sepuluh mil di jalan, yah tidak cukup" dia tertawa.
"Itu baik saja" aku tersenyum.
Makan siang telah berjalan dengan baik. Itu dihabiskan untuk mengobrol, tertawa, dan menggoda. Sayangnya aku tidak pernah mendapat ciuman lagi, aku berencana untuk mengubahnya ketika kami sampai di mobilnya. Aku membayar tagihan sebelum kami berangkat. Aku menahan pintu terbuka, membiarkan dia pergi lebih dulu. Dengan cara itu, aku bisa melihat b****g nya yang seksi.
"Sial! Sayang b****g itu sangat kencang" aku menggeram saat dia lewat. Aku tidak sabar untuk mengetuk itu.
Dia melihat dari balik bahunya ke arahku, menyeringai, jelas menikmati perhatiannya. Aku membiarkan pintu tertutup di belakangku, menyusulnya, mengikuti jejaknya karena aku tidak tahu dimana mobilnya.
"Kapan aku bisa bertemu denganmu lagi?" Aku bertanya.
"Kata siapa kau" dia terkikik.
"Kamu tidak perlu mengatakan…. Aku tahu" aku membalas.
"Kita lihat saja nanti. Jika kencan ini berjalan lancar malam ini, maka kau tidak akan melihatku lagi karena itu bisa jadi pacar masa depanku" dia berkata dengan angkuh.
Aku tahu apa yang dia lakukan. Dia ingin membuatku cemburu. Itu berhasil.
"Aku berharap demi aku, maka itu menjadi buruk" aku tersenyum.
"Terima kasih untuk itu" dia terkikik.
Dia segera berhenti, dan aku menebak itu mobilnya saat itu. Dia bersandar di mobil, menatapku, meraihku ke dalam dirinya… meraih tubuhku ke arahnya.
Aku mengerang karena perasaan itu. Aku mencengkram lekuk pinggulnya dengan kasar di antara ujung jariku. Giliran Debby yang mengerang. Aku menjatuhkan diriku ke tubuhnya, bagian depanku lurus ke arah dia.
"Apakah kau tahu apa yang lakukan padaku?" Aku berkata di telinganya dengan geraman seperti binatang.
"Apakah kau tahu hal-hal yang inginku lakukan padamu, Marco?" Dia mendengus kepadaku, kuku merahnya menelusuri dadaku. Aku menelan ludah dengan susah payah, merasakan ketangguhanku membesar di celana jeansku. Aku belum pernah menemukan seorang wanita yang bisa membuat aku bersemangat secepat dia bisa.
"Tolong katakan padaku" kataku, menatap matanya di milikku.
Dia berbisik di telingaku.
"Aku akan mulai menelanjanginmu… sangat perlahan. Setelah itu selesai, aku akan membiarkan tangan dan bibirku mengembara ke seluruh tubuh seksi yang aku tahu ada di bawah saya sini" dia berkata, menarik-narik tee ku.
Celana jeansku semakin ketat, membuatku terengah-engah saat kata-katanya jatuh di mobilku.
"Dan kemudian aku akan berlutut di depanmu, memainkan milikmu ke dalam mulutku perlahan" dia mendengus, tangannya mengusap milikku yang sangat keras.
Aku mengerang keras, kepalaku tertunduk, orang-orang di jalan menatapku tapi aku tidak peduli. Aku terlalu menikmatinya. Aku bersumpah dia terus melakukan nya aku akan berakhir keluar… tidak bercanda.
"Sial! Aku akan membawamu tepat di atas kap mobil ini" aku mendengus padanya.
Dia menyeringai jahat kepadaku. Dia tahu betul apa yang dia lakukan. Dia menekan dirinya dengan keras ke milikku, sialan ,sialan! Dia merasa menang terhadap aku. Aku bersumpah jika dia tidak berhenti. Aku akan menyandarkannya di atas mobil, menjatuhkan celana jeans dan celana dalamnya, membawanya tepat di tengah jalan di depan semua orang. Aku bisa merasakan jantungku berpacu lebih cepat, nadiku berdetak lebih cepat, nafasku terasa tidak enak, dan celana ku semakin sesak. Dia meraih dengan menekan bibirnya dengan keras ke bibirku, menciumku dengan kasar. Aku menggerakkan tanganku, meraih b****g nya, Debby merintih ke bibirku, memaksa lidahnya melewati bibirku. Kami masuk ke sesi make-out yang panas dan penuh gairah di mobilnya, keduanya seperti lupa di sana ada orang di sekitar mereka.
Dia menarik diri setelah beberapa menit, nafasnya berat, dan bibirnya bengkak. Dia menatapku, matanya gelap dan wajahnya yang penuh dengan rona.
"Sampai jumpa lagi seksi" dia menggeram, mendorongku menjauh, dan masuk ke dalam mobil nya, lalu pergi.
Aku berdiri di sana ada tulang yang mengamuk, nafasku berat, aku harus marah padanya, aku sedikit naif pada saat yang sama aku tidak bisa menahan diri, aku menyeringai, wanita itu baik. Aku pikir aku harus pulang ke rumah dan mengeluarkan nya sendiri atau membuat panggilan mendadak. Karena aku rasa dia tidak akan turun dengan cepat.
Aku meraih ponselku, mengirimi Debby pesan terlebih dahulu.
Marco ke Debby: Kau sedikit menggoda seksi. Aku akan mendapatkan kau kembali untuk itu. Kau berhutang sesuatu padaku sayang :)
Aku tidak pernah berharap dia membalas SMS dariku sekarang karena dia sedang mengemudi. Aku memutuskan untuk mengirim SMS ke salah satu panggilan mendadakku.
Marco ke Alexa: Suka bercinta? Aku terangsang sekali?
Alexa ke Marco: Tentu saja seksi. Pastikan kau ada di tempatmu dalam 30 menit, dan aku akan memilah mu.
Aku tersenyum. Seperti yang aku katakan, aku selalu mendapatkan apa yang aku inginkan dengan mudah, kecuali Debby, itu tidak akan lama. Memikirkannya, ponselku berbunyi, sebuah pesan darinya.
Debby: Oh, kau tidak tahu separuhnya. Itu hanya sedikit rasa dari apa yang aku bisa lakukan.
Marco: Tolong beri tahu aku lebih banyak? Aku pikir kau harus membantu aku karena kau yang menyebabkan sesuatu milikku marah.
Debby: Akan aku tunjukkan, mungkin lain kali. Kau memiliki dua tangan untuk membantu dirimu sendiri, meskipun jika itu membantu kau bisa berpura-pura aku melakukannya untuk mu setelah telanjang dan berkeringat karena percintaan panas.
Oh, sial… persetan. Aku harus menyelesaikan ini lebih cepat nanti, ini mulai terasa perih dan tidak nyaman.
Marco: Mmm sayang, kau akan membuatku keluar bahkan sebelum aku pulang.
Aku menunggu dengan sabar sampai dia membalas pesanku, tetapi dia tidak melakukannya. Sialan! Seksi kecilku, kau menggodaku dengan sedikit kotor. Aku bergegas pulang, Alexa sudah datang, aku bergegas menghampirinya, meraihnya, dan menyeretnya ke apartemenku. Segera setelah aku melakukannya, aku mendorongnya ke dinding, menyingkap roknya ke atas dan dalamannya kebawah, menjatuhkan celana jeans dan boxerku, mengangkatnya dari lantai dan mendorongnya dengan kasar.
Aku berusaha keras dan cepat, tahu aku tidak akan tahan lama. Aku tidak peduli, dia tidak pernah selesai, ini bukan tentang dia. Setiap detik aku bercinta dengannya, aku sedang memikirkan Debby. Aku mendapatkan pelepasan ku, mengerang, menarik diri darinya.
"Terima kasih, kau bisa pergi sekarang" kataku, menarik kembali celana boxer dan jeansku, berjalan menjauh darinya dan masuk ke dalam kamar mandi untuk mandi.
"Sialan! b******k" dia berteriak, lalu aku mendengar pintu dibanting.
Aku mengangkat bahu tidak peduli tentang dia. Jujur, aku memiliki hal-hal yang lebih penting untuk dipikirkan, seperti bagaimana aku bisa mendapatkan Debby. Aku menempatkan diri, aku harus menenangkan diri lagi ketika aku mandi dengan bayangan Debby dan semua hal kotor yang ingin aku lakukan padanya bermain di pikiranku. Aku membuat diriku mengerang menyebut namanya ketika aku mencapai pelepasanku. Gadis kecil yang nakal.