POV Marco
Malam ini adalah malam pestanya dan aku merasa gugup.. ya gugup. Aku sering pergi ke acara-acara seperti ini di sepanjang waktu dan aku selalu mempunyai pasangan kencan dan aku selalu merasa baik-baik saja. Berbeda dengan malam ini. Malam ini aku tahu kalau Debby akan menjadi pasanganku alam ini, dan inilah yang membuatku gugup. Entah kenapa itu bisa terjadi padaku.
“Apa yang salah denganmu?” Edward tertawa saat melihat aku memperbaiki dasiku untuk yang ke-10 kalinya.
“Aku gugup sekali Ed” kataku sambil menggelengkan kepala.
“Itu artinya kau benar-benar menyukai Debby” ucap Edward menyeringai.
“Oh.. diam lah Ed, itu tidak mungkin” kataku memutar mataku malas.
“Ya. Ya terserah. Terus saja kau menyangkalnya” kata Edward tertawa karena tidak percaya padaku.
Aku membalikkan diri, membiarkan aku sekali lagi untuk memastikan kalau aku terlihat baik-baik saja.
“Ayo kita jemput gadis-gadis itu” kataku sambil keluar ke mobil yang menunggu di depan.
Dia mengangguk, mengikutiku. Kami masuk ke dalam mobil, menuju kediaman Debby untuk menjemput gadis-gadis itu. Kakiku terarah ke atas dan ke bawah seperti orang gila. Mobil yang kami tumpangi segera berhenti di luar.
“Apakah kita akan masuk?” pertanyaan bodoh macam apa ini Tuhan?
“Tentu saja. Kau sudah mempunyai banyak pasangan kencan, kenapa kau tidak tahu seolah kau tidak pernah melakukannya?” ucap Edward bertanya.
“Karena teman kencanku tidak pernah aku jemput hingga ke pintu, tetapi entah bagaimana bisa ketika pasanganku adalah Debby, aku justru ingin melakukannya” kataku sambil menghela nafas.
“Untuk ukuran pria yang memiliki banyak wanita dan selalu melakukan acara makan alam panas, dan kau benar-benar tidak tahu apa-apa? Sial” ucap Edward tertawa.
Edward melangkah keluar menuju pintu dan aku mengikutinya dari belakang. Saat aku sudah berada di depan pintu, Adel sudah ada di sana dengan tampilan yang memukau seperti biasanya. Edward seperti anak anjingg yang tersesat saat menatap Adel, dia mungkin juga meneteskan air liur nya persis seperti anak anjingg. Melihat Edward seperti itu membuatku jadi tertawa dan langsung memukul bagian belakang kepalanya.
“Carilah pegangan Bung” kataku, membuat Adel tertawa cekikikan.
“Diam dan jangan menyebalkan, biarkan aku mencium wanitaku dalam damai” Edward tertawa.
“Debby ada di dalam, cepatlah kau masuk dan bawa dia kemari. Dan ya, tolong kendalikan apa yang ada di balik celanamu saat kau melihatnya nanti” kata Adel terkikik.
Aku memutar mataku malas dan berjalan masuk ke dalam, tapi Debby tidak ada. Aku memutuskan untuk menuju ke kamarnya dan di sana lah dirinya berada, berdiri di depan cermin sambil mengoleskan lip gloss. Aku berjalan mendekatinya, melihat bayangannya di cermin membuat aku hampir menjatuhkan air liurku ke lantai.. sungguh benar apa yang dikatakan Adel, juniorku berkedut melihatnya. Dia tersenyum lebar saat melihatku.
“Hai tampan, penampilanmu sangat baik” Debby mengedipkan mata berbalik menghadapku.
Mataku menelusuri seluruh tubuhnya ketika dia menghadapku. Aku mengerang menjilat bibirku sendiri saat aku melihatnya.
“Umm... kau terlihat sangat luar biasa sayang, apa lagi dengan gaun itu di tubuhmu” kataku sambil meraih pinggulnya, menariknya mendekat padaku.
Aku tidak melihatnya selama beberapa hari, membuat aku agak merindukannya, tetapi dia tidak perlu tahu kalau aku merindukannya. Dia berpaling dariku dan pipinya pun memerah. Aku terkekeh melihat betapa sangat lucunya dia sekarang. Aku meletakkan tanganku di dagunya, membuatnya menatapku sebelum aku mendaratkan ciuman dari bibirku ke bibirnya, rengekan keras keluar dari bibirnya. Aku pikir kalau dia juga merindukanku, meskipun dia juga sepertiku, dia tidak akan pernah mengakuinya. Ciuman itu hanya berlangsung sesaat sebelum kami berpisah.
“Kau terlihat sangat tampan Marc” ucapnya tersenyum menggerakkan jarinya di jasku.
“Terima kasih. Apa kau sudah siap untuk pergi?” kataku
bertanya.
“Ya. Aku merasa gugup karena aku sudah mendengar dan bisa memprediksi akan seperti apa acara pesta malam ini” kata Debby sambil menggigit bibir bawahnya.
“Kau akan baik-baik saja sayang. Aku akan menjagamu dan berada di dekatmu” kataku mencoba untuk menghilangkan rasa gugup nya meskipun aku sendiri juga merasa gugup.
“Janji?” ucapnya bertanya memastikan ucapanku.
“Ya” kataku sambil menciumnya lagi. “Sekarang ayo kita berangkat sebelum aku melepas kembali gaumu dan mengurungmu di bawahku” kataku lagi sambil menyeringai.
Debby mengeluarkan erangan kecil nan serak, dan itu membuatku tertawa. Aku dan Debby keluar menuju ke tempat dimana Adel dan Edward sedang menunggu kami. Adel dan Edward sudah berada di dalam mobil rupanya, aku dan Debby pun segera menyusul dan bergabung bersama dengan mereka. Aku menyesap segelas sampanye di dalam perjalanan menuju ke tempat pesta. Acara malam ini adalah acara besar, acara bola amal ini selalu ada di sepanjang tahun.
Acara amal ini penuh dengan orang kaya dan terkenal di dalamnya, mengumpulkan jutawan. Itulah mengapa acara ini layak diselenggarakan karena membantu begitu banyak badan amal yang berbeda dan pada akhirnya itulah intinya. Kami mengendarai mobil dan menempuh perjalanan selama 30 menit untuk tiba disana. Edward keluar lebih dulu lalu membantu Adel untuk keluar. Aku segera mengikuti dan melakukan hal yang sama pada Debby. Tempat itu kini sudah sangat dipenuhi oleh wartawan yang akan meliput, memotret dan siap memberikan pertanyaan yang pantas dan juga tidak.
Aku membenci para wartawan pada waktu itu, harusnya mereka perlu belajar bahwa ada beberapa tempat yang seharusnya tidak mereka kunjungi, bukan karena alasan setengah dari mereka ada disini. Begitu Debby melangkah keluar, dia mengedarkan pandangannya ke sekeliling lalu membeku di tempat, dan itu membuat aku menoleh padanya.
“Apa kau baik-baik saja?” kataku bertanya padanya, memastikan kalau tidak terjadi sesuatu padanya.
“Tidak. Aku tidak apa-apa. Aku tidak pernah menyangka kalau akan ada banyak wartawan dan orang-orang di sini” katanya dengan gugup menjawab pertanyaanku.
“Kau akan baik-baik saja. Tetaplah ada di sampingku, oke?” kataku menenangkan dan Debby pun mengangguk.
Aku meletakkan tanganku di pinggangnya, menariknya mendekat padaku saat kami akan masuk. Dia menundukkan kepalanya saat wartawan mengambil beberapa foto kami, dan memberikanku pertanyaan.
“Marco, apakah ini salah satu wanita yang akan kau tambahkan ke daftar wanitamu yang terus bertambah?” tanya salah satu wartawan.
“Hei, baby, kau tahu kalau kau akan di bag di akhir malam kan?” ucap salah satu wartawan lagi.
Aku memiliki hubungan yang bercampur aduk dengan para wartawan. Terkadang mereka terlihat begitu mencintaiku dan terkadang pula mereka terlihat membenciku. Tetapi hal itu justru tidak pernah untuk membuat mereka untuk berhenti meliput atau mencari tahu tentang kehidupanku.
Aku mengabaikan mereka semua dan mematikan kalau aku memegang Debby dengan erat. Aku mendengarnya menghela nafas keras begitu kami sudah berada di dalam, jauh dari kamera. Debby masih terlihat gugup. Aku menghentikan langkahku lalu membalikkan tubuhnya untuk menghadapku.
“Santailah sedikit sayang” kataku sambil tersenyum padanya. Menyibak anak rambut yang jatuh menutupi
matanya.
“Maaf” ucapnya berkata dengan malu-malu.
“Jangan seperti itu” kataku sambil tersenyum lalu mendaratkan ciuman di bibirnya untuk membuatnya sedikit rileks.
Aku meraih tangannya saat kami berempat masuk untuk duduk di tempat duduk kami. Begitu orang tua-ku melihat kami, mereka segera datang menghampiri kami. Aku menggeram dan memutar malas bola mataku, dan ini dia.
“Anakku Marco, siapa wanita cantik ini?” tanya ibuku.
“Dia adalah menantu perempuan masa depanmu” kata Edward sambil terkekeh, membuat Adel dan ibuku terkikik. Mendengar perkataan dari Edward barusan, membuat wajah Debby memerah.
“Oh.. diamlah kawan” kataku sambil menepuk punggung dari kepalanya. Aku tidak percaya Edward akan mengatakan itu.
“Mom, ini Debby.. teman kencanku. Dan Debby, ini ibuku, Cassandra” katake memperkenalkan mereka.
“Halo Debby, senang bisa bertemu denganmu. Gaunmu sangat indah, kau terlihat sangat cantik” ibuku menyapa Debby.
“Terima kasih. Senang bisa bertemu juga denganmu Nyonya William. Anda terlihat sangat cantik” ucap Debby ikut menyapa ibuku.
“Oh terima kasih, kau sangat manis sekali. Tolong jangan panggil aku Nyonya, panggil saja aku Cassandra” ucap ibuku sambil tersenyum.
Aku memperkenalkan Debby pada ayahku.. Adel langsung menggiring kedua orang tuaku. Mereka sepertinya langsung membawa Debby yang masih tidak terbiasa. Tapi sekali lagi yang kalian perlu tahu kalau Debby bukanlah wanita yang seperti biasa aku bawa ke dalam acara-acara seperti ini bersamaku. Dia terlalu berkelas daripada wanita yang sering aku bawa di masa lalu. Orang tuaku berbicara pada kami berdua sesaat sebelum pada akhirnya mereka pergi, kami berempat pun pergi menuju ke meja kami.
Debby tampak lebih santai sekarang. Kami berempat pun telah selesai, salah satu pelayang memberi kami semua minuman. Adel, Edward dan Debby sedang saling berbicara sekarang. Namun aku tidak menanggapi apa yang mereka bicarakan. Fokusku teralihkan oleh betapa cantiknya penampilan Debby malam ini.
“Kau sedang menatap apa Marco? Hentikan itu sekarang” aku mendengar suara cekikikan dan itu membuatku kembali tersadar dari pikiranku
“Umm.. Maaf” kataku sambil menggaruk tengkukku yang tidak gatal karena gugup.
Debby pun mendekatkan bibirnya lalu berbisik di telingaku.
“Sayang, aku tahu kalau kau sudah sangat ingin merobek gaunku lalu pergi bercinta denganku, tapi kau harus menunggu untuk itu” ucap Debby mendengus di telingaku.
Sial!! Aku menggeser kursiku lalu mencengkram tepinya.
Debby mengedipkan mata padaku, menyeringai sebelum berpaling dariku. Dia terlihat sangat menggoda, tetapi dia bisa menggodaku kapan saja dia mau. Sepertinya malam ini akan terlihat sangat menarik. Jika dia terus seperti itu, aku akan menyeretnya ke belakang lemari atau ke kamar mandi terdekat lalu bercinta dengannya.
Aku tidak tahu apa yang wanita ini lakukan padaku dan aku tidak tahu apakah aku akan lebih baik jika harus menjaga jarak darinya setelah malam ini karena aku tidak menyukai perasaan yang aku miliki padanya.