12. Play Time

1322 Kata
POV Debby Tangan Marco turun ke gaunku lalu menyingkapnya ke atas, diarahkannya langsung tangannya ke celana dalamku, lalu merobeknya dari tubuhku. Aku menggeram, sial!! Kenapa itu terasa begitu panas. “Yang benar saja Marc” aku mengeluh dan bertingkah kesal padanya karena telah merobeknya dengan kasar. “Jangan bertingkah kesal padaku sweety, aku tahu kau menyukai itu” ucapnya menyeringai padaku. Tangannya mendorong gaunku turun hingga ke pinggulku, menekan miliknya yang panjang dan keras ke milikku. Membuat aku merintih dengan keras. “Lepaskan pakaianmu itu sekarang juga Marc, dan bercintalah denganku sebelum aku menghempaskanmu ke lantai dan menaikimu” desis ku menggodanya. Tangannya segera meraih celana jeansnya, lalu membukanya dan mengeluarkan alat kontrasepsi dari dompetnya, sebelum menjatuhkan celana jeans dan boxernya lalu mengeluarkan miliknya. “Mmm.. ya Marc” erangan keluar dari bibirku melalui tenggorokanku. Dia menyeringai saat mataku menghargai pemandangan yang ada di depanku. Aku menjilat bibirku, meraih bungkusan karet berbentuk balon lalu merobeknya hingga terbuka, memakaikannya di atas batang miliknya yang sudah tegak mengeras, perlahan dan memastikan jari-jariku menjelajahinya saat aku sedang memakaikan nya. “Ohh s**t!” dia menggeram, kepalanya jatuh ke belakang. Aku meraih tengkuknya, meremasnya di jari-jariku menariknya ke dalam tubuhku. Bibirku menemukan jalan ke bibirnya. “Sekarang, bercintalah denganku Marc” ucapku menuntut. “Kau sangat menuntut sayang” ucapannya menggeram. “Dan? Maksudmu? Aku seorang wanita yang tahu apa yang dia inginkan, hadapi itu” desisku sambil memutar mataku kembali. Marco terkekeh keras, kepalanya jatuh tertunduk ke bawah sebelum ekspresi puas muncul di wajahnya. “Rumahku.. aturanku, Debby” ucapnya menyeringai. Jelas sekali dia mengejek kata-kataku yang pernah aku katakan padanya saat dia datang di depan pintu rumahku malam itu. “Kalau begitu sayang, katakan padaku, apa yang kau ingin aku lakukan? Aku tidak keberatan dengan tuntutan” aku mendengus menggodanya. Marco menggunakan pinggulku untuk membalikkan tubuhku, punggungku menghadap ke arahnya, dan tanganku ke dinding. Dia menggunakan lututnya untuk mendorong kakiku terpisah sebelum melangkah masuk, bagian depannya menempel di punggungku, dan miliknya menekan keras di bokongku. Aku merasa kulitku seperti terbakar dibawah sentuhannya. Aku merasa diriku menjadi lebih basah di bawah sentuhannya. Dia segera melepaskan gaun yang ada di pinggulku, begitu juga dengan penutup dua gunung kembar milikku setelahnya. “Kau sangat seksi, Debby” dia mendengus di telingaku. Jarinya bergerak dari bokongku pindah ke pinggulku, lalu tangannya jatuh di antara kedua kakiku, menggerakkan ujung jarinya perlahan di atas lipatan milikku dan membuatku mengerang. “Debby sayang, kau sudah sangat basah. Aku tahu kau menginginkanku. Aku tidak pernah menyadari seberapa banyak kau menginginkanku” ucapnya dengan suara serak di telingaku. Mengirimkan getaran ke setiap saraf yang berakhir di tubuhku. “Ohh, please Marco!!” kataku memohon, membutuhkan sesuatu darinya, apapun darinya Aku belum pernah menemukan pria yang bisa membuatku menginginkan mereka sepenuhnya seperti Marco yang membuatku menginginkannya. Dia mendorong pinggulku ke dalam, menekan keras bokongku lagi, saat dia perlahan-lahan mengaraahkan dua jarinya ke dalam milikku. Dinding bagian dalam milikku mencengkeram erat jari-jarinya, lenguhan keras keluar dari bibirku. Bibirnya jatuh di leherku, mencium,dan menggigit kulitku, melakukan hal yang sama di bahuku. Tangannya yang bebas menemukan jalannya ke rambutku, meraihnya dengan kasar di antara jari-jarinya, menariknya, menggeser kepalaku untuk mendapatkan akses yang lebih baik ke leherku. Jari-jarinya menggoda dalam diriku, di nyaris tidak menggerakkannya, dan ujung jarinya menghadap dinding milikku, tidak lebih. “Sekarang aku akan bercinta denganmu” ucapnya menggeram. Kedua tangannya jatuh di pinggulku dan menarik bokongku ke arahnya. Dia menusukkan kukunya ke pinggulku, dan sebelum aku bisa mengatakan apapun, dia mendorong ke depan, memasukkan dirinya ke dalam milikku dari belakang dengan kasar. “YA!!” aku memekik. Dia terus mencengkeram pinggulku dengan erat saat dia mulai memasukkan miliknya ke dalam milikku, mendorong dengan keras keluar dan masuk. Dia melakukannya lagi, setiap dia kembali mendorong miliknya, dia melakukannya dengan lebih keras dan kasar, mendorong dirinya ke dalam diriku. Aku bisa mendengarnya terengah-engah di telingaku. Sialnya malah membuatku semakin bersemangat. “Lebih keras lagi Marc! Ya!” aku berteriak, mendorong pinggulku ke belakang saat dia bergerak maju. “Debby, milikmu terasa sangat enak... sangat sempit. Kau menyukai caraku bercinta, kau menyukai ini, bukan?” ucapnya dengan nafasnya yang berat. Aku hanya bisa menganggukkan kepalaku, terlalu terengah-engah untuk menjawabnya saat juniornya menyentuh biji yang ada di tengah-tengah milikku. “Jawab aku Debby, atau aku akan berhenti” ucapnya dengan nada suara yang tegas. “Ya Marco, jangan berhenti, aku sudah mendekati puncaknya” jawabku mengerang sambil mendorong pinggulku lagi. Dia mengeluarkan miliknya sepenuhnya dari dalam milikku. Rengekan pun keluar dari dalam bibirku. “Sabar Debby” dia berbisik di telingaku, menarikku untuk menghadap ke arahnya lalu mendorongku ke dinding. “Aku ingin melihatmu saat aku membuatmu keluar” imbuhnya menggeram lalu bibirnya mencium bibirku. Dia meraih bokongku di tangannya, mengangkatku dari lantai. Kakiku mengait di pinggulnya, tanganku mencengkram erat dirinya, dan mendorong masuk kembali ke dalam milikku. Dia mulai bergerak lagi, menggoyangku. Juniornya mendorong biji milikku sekali lagi. “Ya Marc, disana! Ya seperti itu, oh Fuckk! Aku sudah hampir dekat Marc” racauku. Marco bercinta denganku denganku lebih keras. Aku berteriak, kepalaku jatuh ke belakang, pinggulku mendorong untuk bertemu dengan miliknya. Dia mengisi milikku dengan sangat baik, setiap dorongannya membawaku lebih dekat lagi ke puncak kenikmatan. Aku membuka mata menatapnya, melihat dirinya juga menatapku dengan intens, wajahnya memerah dan matanya hitam gelap. Aku belum pernah melihat sesuatu yang seksi di dalam pria manapun. Aku mengulurkan tangan untuk meraih tengkuknya, merasakan bibirnya di bibirku. Aku dan Marco berciuman dengan kasar, gerakannya menjadi lebih sangat kencang, lebih cepat. Aku merasakan bagian bawah perutku menegang dan kakiku mulai gemetar, tubuhku merespon setiap gerakannya. “Cumm for me Debby, cumm now! Aku tahu apa yang kau inginkan sedari tadi” dia mengerang padaku, menarik diri sebelum masuk lebih keras lagi. “YES! Fuckk! Marco!” aku berteriak, mengencangkan dinding milikku ke miliknya saat aku tumpah di atasnya. Tubuhku menjadi lemas saat seluruh cairan milikku tumpah mendesak seluruh tubuhku. “Aaah.. iya!” Marco mengerang keras. Kepalanya jatuh ke belakang saat tubuhnya sendiri bergetar karena mencapai puncaknya. Dia terus mendorong, membantu kami berdua keluar dari puncak tertinggi kenikmatan kami. Setelah kami selesai, kami pun jatuh ke lantai. Marco masih terkubur jauh di dalam diriku. Keheningan memenuhi ruangan saat kami terengah-engah untuk mencoba mengatur nafas. Dia meraih leherku dan mengecupnya. “Fuckk Debby. Aku merasa jauh lebih baik saat aku bercinta denganmu” ucapnya berkata dengan suaranya yang berat. Yang bisa aku lakukan hanyalah mengerang dan mengangguk. Aku dan marco berdiam diri sejenak selama sepuluh menit, sebelum aku dan dia menemukan kekuatan untuk bergerak. Marco menarik diri dariku untuk berdiri, mengulurkan tangannya untuk membantuku berdiri. Aku mengulurkan tangan untuk meraih uluran tangannya dan dia menarikku berdiri lalu ditariknya ke dadanya. Aku mengulurkan tangan untuk menciumnya, menekan bagian depan tubuhku ke tubuhnya, membuatnya merintih dan juniornya yang besar dan panjang mulai tegak mengeras lagi. “Mmm.. siap untuk bermain lagi secepat ini Marco?” kataku dengan angkuh. “Aku siap bermain denganmu kapan saja, Debby. Yang harus kau lakukan hanyalah mencium dan menyentuhku, maka milikku akan langsung tegak mengeras. Itu hanyalah permulaan sayang. Sekarang kita pergi untuk membersihkan diri dulu di kamar mandi, maka aku akan bercinta lagi denganmu disana, lalu di tempat tidurku. Terus terang, dimanapun aku ingin bercinta hanya denganmu Debby” ucapnya menggeram dan mendorong keras miliknya di antara pahaku. “tunjukkan jalannya marc. Setelah itu kau bisa melakukan apapun yang kau mau padaku” ucapku mendengus meraihnya dan membelainya. “Apa saja?” tanya nya, dan aku suka nada suaranya. “aku punya mainan yang bisa untuk kita mainkan” imbuhnya mengedipkan mata. “Ya.. itu pun jika kau siap untuk itu” katanya lagi. “Ohh kau tidak tahu setengah dari apa yang aku sukai. Aku punya mainan sendiri di rumah” jawabku, nafasku menjadi tidak enak memikirkannya. ‘Seorang laki-laki itu akan belajar bagaimana seorang wanita sejati bercinta, bagaimana wanita sejati tidak malu untuk bermain. Marco Henry William, kau tidak tahu apa yang akan aku lakukan padamu’
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN