POV Debby
“Kau yakin aku tidak bisa meyakinkanmu untuk tinggal?” kata Marco. Bibirnya mencium leherku saat aku duduk di tepi ranjang tidurnya untuk memakai pakaiannya.
“Aku harus pulang, Marc” jawabku mengerang karena sentuhan dari bibirnya.
“Mengapa” ucapnya bertanya. Bibirnya sekarang ada di bahu telanjangku.
“Karena aku ada sesuatu yang harus aku kerjakan. Ini sudah jam enam sore, seharusnya aku sudah pulang beberapa jam yang lalu” jawabku terkikik.
Aku berencana untuk pulang setelah sarapan dan mandi. Tapi semuanya berjalan tidak sesuai rencana, karena pada akhirnya aku kembali ke atas ranjang dengan Marco, dimana kami sekarang menghabiskan sebagian besar hari. Aku tidak bisa menahan diri, dia terlalu sulit untuk ditolak, tapi kenyataannya aku memang harus pergi sekarang. Aku tidak bisa membuatnya berpikir kalau aku lebih suka berada disini bersamanya daripada pulang. Dia sudah cukup mencuri waktuku.
“Baiklah, tidak ada yang menghentikanmu sekarang” ucapnya tertawa di telingaku.
Aku menatapnya dari bahuku, lalu mengangkat sebelah alisku padanya.
“kau tidak akan meninggalkanku sendirian” kataku terkikik.
“Dan? Aku tidak pernah mendengarmu mengeluh. Ayo, kau bisa melakukan semuanya besok” katanya menyeringai padaku.
“Aku bekerja besok. Ditambah lagi, dia butuh istirahat. Kau membuat dia dan aku lelah” aku tertawa. ”Aku bersumpah, aku bisa mengalami luka bakar akibat gesekan jika terus menerus melakukan itu tanpa ada jeda untuk istirahat” imbuhku sambil cekikikan.
“Aku bisa mencium mereka dengan cara yang lebih baik jika kau mau?” katanya sambil menyelipkan tangannya di pinggangku. “Lihat aku Debby” imbuhnya sambil berbisik.
Aku membalikkan tubuhku menghadapnya, berlutut di dasar tempat tidurnya. Dia menatapku dengan tatapan seperti biasa di matanya.. penuh nafsu dan gelap karena menahan gairahh. Aku mengerang saat aku melihat dirinya , tapi aku tidak bisa luluh dan menyerah lagi sekarang.
“Ya?” aku bertanya.
Dia tidak menjawab pertanyaanku, sebagai gantinya, dia mengulurkan tangannya meraih wajahku di antara tangannya dan menciumku dengan lembut. Mendapat perlakuan seperti itu, aku mengerang di bibirnya lalu melingkarkan lenganku di lehernya dan membalas ciumannya.
Aku merasakan tangannya meluncur ke bawah tubuhku dan jatuh tepat di bokongku, lalu meraihnya dengan kasar di tangannya. Aku merintih di bibirnya, membuatnya menyeringai padaku. Dia menarikku, membalikkan tubuhku, membaringkan tubuhku di tempat tidur, lalu naik di atasku, bibirnya sekali lagi bertemu dengan bibirku.
“Tinggallah Deb” ucapnya menggeram padaku. Tangannya meluncur ke atas paha bagian dalamku yang telanjang.
Aku merintih di bawah sentuhannya, tubuhku sangat merespon sentuhan jari-jarinya.
“Aku harus pulang sekarang, Marc. Cepat turunkan aku, kau ini benar-benar laki-laki yang sangat messum” kataku sambil tertawa, mendorong tubuhnya dari tubuhku, berdiri.
Dia mencibir, duduk di tempat tidurnya dengan segala kemuliaan tubuh telanjangnya. Aku menggigit bibir bawahku saat mataku menelusuri tubuh telanjangnya. Dia adalah salah satu pria terseksi. Aku ingin menaikinya dan mengikuti apa maunya, tapi sungguh itu adalah ide yang buruk. Aku memantapkan niatku, dan memakai pakaianku.
“Sebanyak apapun kau mencoba menyangkalnya sekarang, aku tau kalau kau sebenarnya ingin tinggal lagi disini bersamaku” ucapnya dengan percaya diri dan mengedipkan matanya padaku.
“Itu adalah keinginanmu. Sekarang kau akan mengenakan pakaianmu lalu mengantarku pulang atau kau akan kembali membuatku telanjang?” ucapku terkikik.
“Kau akan menyukainya, bukan?” aku membuatmu telanjang? Berikan aku waktu lima menit, dan aku akan mengantarmu pergi” kata Marco. Dari nada bicaranya, dia terdengar sedikit kecewa saat mengatakan bagian akhir.
Aku tidak suka keterikatan yang sepertinya dia lakukan padaku, itu tidak akan berhasil. Ini dimaksudkan hanya untuk menjadi seks dan kesenangan semata, tidak lebih. Aku bahkan tidak berpikir dia akan menyadarinya sendiri, tetapi aku tahu itu sedang terjadi. Aku pikir kalau aku mungkin perlu menjaga jarak darinya, setidaknya selama beberapa hari.
“Baiklah, ayo pergi” ucapnya membuyarkan lamunanku.
Aku mengangguk, meraih tasku menuju pintu depan, Marco segera menyusul. Dia pergi ke mobil Blue Convertible miliknya yang merupakan mobil yang seksi, gaya seksi, untuk pria yang seksi, sangat cocok dan masuk akal kurasa.
Dia membukakan pintu penumpang untuk ku, mempersilahkanku masuk terlebih dahulu. Aku tidak pernah melihat Marco sebagai tipe yang mau membukakan pintu mobil untuk seorang wanita. Sungguh sangat tidak cocok untuknya.
“Umm... terima kasih” kataku lalu masuk ke dalam mobil.
Marco menutup pintu di sebelahku sebelum berjalan ke kursi pengemudi, naik masuk dan melajukan mobilnya. Keheningan terjadi di antara kami saat kami sedang dalam perjalanan singkat menuju apartemenku.
“Kapan aku bisa bertemu denganmu lagi? Atau kita bisa kembali untuk sekedar memainkan permainan lagi?” dia bertanya sambil mengemudi.
“Aku tidak yakin bisa memastikan itu kapan. Aku akan memberitahumu kalau aku ada waktu luang” jawabku sambil mengindikkan bahu.
Aku memutuskan untuk menghindari pertanyaan seputar permainan karena kita tahu kalau permainan yang nyata pasti akan berlanjut. Ini merupakan suatu pertandingan yang besar, dan kami berusaha untuk saling memenangkan permainan ini.
“Oke” jawabnya. Kekecewaan terdengar jelas dari suaranya.
Aku menghela nafas, menyisir rambut hitam ke coklatan milikku dengan tanganku, memalingkan kepalaku darinya, melihat jalanan yang berlalu. Aku merasa lega ketika tidak butuh waktu lama, akhirnya aku sampai di apartemenku. Aku menoleh ke arahnya dan mendapati dia sedang menatapku.
“Bisakah aku setidaknya mendapatkan ciuman sebelum kau pergi untuk kembali mengabaikanku lagi?” ucapnya terkekeh.
“Kurasa aku bisa melakukannya” jawabku terkikik, lalu memutar mataku ke arahnya.
Aku mengulurkan tanganku untuk menciumnya. Ciuman yang singkat tapi sangat manis, ciuman yang masih bisa membuat bibirku tergelitik. Aku dan dia pun akhirnya berpisah dan saling melemparkan senyuman.
“Aku akan mengirimimu pesan selama beberapa hari ke depan” kataku sambil turun dari mobil lalu menutup pintu di belakangku.
“Oke. Sesuai keinginan dan apa yang kau mau. Sampai jumpa lagi dilain kesempatan gadis kecilku yang seksi dan menggoda” dia mengedipkan matanya sebelum kembali melajukan mobilnya dengan kencang.
Aku terkekeh menuju apartemenku. Adel dan Edward ada di sofa, meringkuk sambil menonton televisi. Begitu mereka mendengar aku masuk, mereka langsung berbalik untuk melihatku dan menyeringai.
“Selamat malam sayang, apa kau sudah berhenti untuk menjalang?” tanya Adel sambil terkikik.
“Oh.. sungguh malam yang sangat sempurna” jawabku sambil mengedipkan mata padanya.
“Marco mengizinkanmu menginap?” taya Edward heran.
“Ya. Kenapa? Aku tidak tahu. Sesuatu telah memberitahuku kalau itu bukanlah hal yang biasa” ucapku tertawa.
“Tidak. Tidak. Debby, apa yang kau lakukan? Untuk sahabatku?” tanyanya terkekeh.
“Memangnya apa yang harus aku katakan? Aku punya banyak cara untuk membuat pria bersimpuh di kakiku” jawabku menyeringai. Membuat Adel dan Edward tertawa dan menggelengkan kepalanya ke arahku,
Aku mengangkat bahu, menuju ke kamar tidurku. Aku perlu mandi lagi setelah aku dan Marco bangun. Aku mencium bau seks, keringat, dan rasa malu. Aku menyeringai pada diriku sendiri saat aku memikirkan hal-hal yang kami lakukan. Beberapa hal yang bahkan belum pernah ku coba sebelumnya dan itu mengatakan sesuatu yang datang dariku. Dia adalah seorang pria yang tampan, seksi, messum. Aku menanggalkan pakaianku lalu menuju ke kamar mandi, lau berpikir kalau aku perlu tidur yang lama hingga siang.
-
-
Aku berbaring di atas tempat tidurku setelah aku selesai mandi, terasa segar karena telah menghilangkan keringat di malam hari. Aku meraih ponselku, memeriksanya untuk melihat apakah ada yang menelepon atau mengirimkanku pesan teks saat aku sedang mandi tadi. Aku melihat pesan teks di layar ponselku dengan nama Marco di atasnya. Aku menyeringai, lalu membuka kunci ponselku dan membuka pesan teks itu.
Marco: Hei seksi, kau merindukanku tidak?
Debby: Tidak sama sekali, tapi aku yakin kau sudah sangat merindukanku sayang :) kenapa lagi kau mengirimkan pesan padaku?
Marco: Entah apa maksudmu? Kau yakin tidak mau datang kembali? Aku sungguh sangat bosan.
Oh.. betapa menggodanya dia.
Debby: Tidak. Aku butuh tidur, dan milikku juga butuh istirahat :D
Marco: Kau payah, ya kan?
Debby: Oh ya?, bukankah aku melakukannya dengan sangat baik? Dengan caraku, membuatmu lemah ketika aku melakukannya.
Marco: s**t! Ayolah, kau menggoda milikku, kau sangat kejam. Kau membuatnya bersemangat lagi, ku pikir kau harus datang untuk memperbaikinya
Debby: Kau menyukainya bukan? Usaha yang bagus Marc, tapi itu tidak akan terjadi. Sekarang pergilah. Aku akan tidur. Aku akan mengirimimu pesan nanti jika aku cukup istirahat dan jika tidak ada yang mengganggu, aku akan mengundangmu :) sampai jumpa lagi seksi hahaha...
Marco: Istirahatlah dengan baik kalau begitu. Baiklah, sampai jumpa lagi, baby girl hahaha.
Aku tertawa cekikikan sebelum aku mematikan ponselku untuk mencoba beristirahat. Aku akan menunggu dan melihat, apakah aku akan menginginkannya nanti, jika demikian, maka aku akan mengirimi pesan padanya.. dan jika tidak, dia bisa menunggu sampai aku menginginkannya. Sesederhana itu bukan?