34. Ekstra Part 2. Wedding Night 1

1271 Kata
POV Debby   Malam kini berganti menutup sepanjang hari yang bahagia dan malam ini pun begitu terasa sangat luar biasa sempurna. Aku tidak bisa meminta hari pernikahan yang lebih baik lagi dari hari hari pernikahanku. Aku memutuskan kalau aku akan keluar dulu, bersiap-siap untuk suamiku. Kami belum berhubungan intim selama seminggu terakhir ini. Pilihan kami untuk menikah, tapi sungguh itu sangat sulit bagi kami berdua. Dalam seminggu terakhir ini kami berdua habiskan dengan mandi air dingin, tapi aku dan Marco tahu kalau itu akan sia-sia. Aku pun mendekat dan berbisik di telinga Marco. “Beri aku waktu dua puluh menit sayang, lalu bawa aku ke kamar kita.” Kataku mendengus di telinganya, mengusapkan tanganku di pahanya lalu naik ke selangkangannya. “OK.” Katanya menggeram keras karena sentuhanku. Aku menciumnya dengan cepat, mengedipkan mata padanya sebelum beranjak berdiri dan berjalan pergi. Aku harus memastikan kalau aku berjalan dengan memberikan goyangan ekstra di pinggulku. Aku melambaikan tangan kepada semua orang saat akan dalam perjalanan, mereka semua jelas tahu kenapa aku memutuskan untuk pergi. Aku pergi menuju ke kamar kami, ruangan itu sudah didekorasi dengan sangat indah, dengan tempat tidur berukuran King Size yang besar. Kamar kami juga menghadap ke pemandangan taman yang sangat indah.  Aku menanggalkan pakaian malamku, lalu bergegas mandi. Setelah 20 menit lamanya aku mandi,      aku pun keluar setelah selesai dan mengeringkan rambutku, membiarkan rambut bergelombang milikku terge. Aku bersiap-siap untuk mengenakan pakaian hitam kecil yang seksi yang memang sudah aku beli secara khusus untuk malam ini. Pakaian itu lebih tepatnya disebut dengan lingerie. Aku berdiri di depan cermin, mengamati tubuh seksiku disana. Aku menyeringai karena aku melihat penampilan diriku terlihat sangat baik dan juga cantik. Aku mengoleskan sedikit lip-glos pada bibirku, tak lupa juga aku menyemprotkan parfum ke tubuhku. Sekarang aku sudah siap untuk laki-laki yang kini sudah berstatus sebagai suamiku. Aku meraih ponselku, memutuskan untuk mengirimkan pesan padanya. Debby: Cepat kesini sekarang sayang, aku sudah siap untuk melayanimu dan aku menunggumu. Ruangan ini terlihat sangat sepi tanpamu. Berikan istri tercintamu ini sentuhan dan rangsangan sayang. Aku pun menekan tombol kirim lalu aku menyeringai pada diriku sendiri. Marco: Aku akan segera kesana sayang dan aku tidak bisa menunggu. Aku tidak menyadari jika kau hari ini untuk apa. Setelah sekian lama, lebih dari seminggu, dan itu adalah waktu yang lama untuk kita, seksi. Aku mengerang saat aku membaca pesan balasan dari suamiku. Pahaku saling menekan. Oh, aku lebih dari siap untuk menyambutnya bergabung denganku. Aku memposisikan diri di bagian atas tempat tidur, menyilangkan kaki dan memasang senyum paling menggoda di bibirku. Dan setelah beberapa saat kemudian, pintu kamar itu terbuka dan masuklah suamiku. Jas Tuxedo nya sudah dilepas, dasinya lepas dan kancing kemejanya yang bagian atas sudah di lepas. “Hei seksi.” Kataku mendengus padanya. “Mmm.” Hanya itu yang berhasil dikeluarkan saat matanya menatap kakiku yang telanjang, lalu dia menatap ke atas tubuhku sebelum akhirnya ia mendaratkan pandangannya ke wajahku. Dia menjilati bibirnya dan matanya yang hitam berkabut gairahh dan sesuatu dibalik celananya yang sudah mengeras. “Sialan, Debby, kau terlihat sangat seksi sayang.” Ucapnya menggeram sambil berjalan ke arahku. Aku menyilangkan kakiku, membukanya sedikit dan menggerakkannya agar dia lebih mendekat ke arahku. Begitu dia cukup lebih dekat, aku meraih ikat pinggangnya dan menariknya diantara kedua kakiku, lalu menatapnya. “Aku ingin kau menelanjangi ku sayang. Lakukanlah pelan-pelan.” Kataku menuntut ke arahnya. “Akan aku lakukan apa pun itu untukmu Nyonya William.” Ucapnya menggeram padaku. “Baiklah, lakukan saja kalau begitu, Tuan William... lakukanlah untukku.” Kataku mendengus. Aku bersandar menggunakan lenganku di tempat tidur, dan mataku pun tertuju padanya. Matanya bertemu denganku saat dia perlahan-lahan melepaskan satu per satu pakaiannya dari tubuhnya. Melihat gerakannya yang sangat seksi dan menggoda, aku duduk memperhatikannya sambil menjilati bibirku. Aku merasa diriku semakin bersemangat melihat semakin banyaknya pakaian yang dia lepaskan dan dalam waktu yang singkat, dia benar-benar sudah dalam keadaan telanjang. “Oh, Astaga... suamiku benar-benar seksi.” Kataku mendengus. “Sekarang, kemarilah sayang.” Imbuh Aku menyuruhnya mendekat ke arahku. Marco berjalan mendekat ke arahku dan aku meraihnya, menggerakkan jari-jariku di atas tubuhnya.. membuatnya mendesis dan menutup matanya. Aku meraih pinggulnya, menariknya mendekat ke arahku. Aku mendaratkan lidahku di ujung miliknya yang sudah sangat mengeras, lalu menggodanya. “Debby sayang, please.” Dia menggeram dan menyentak pinggulnya ke arahku. Aku menjilat bibirku sebelum perlahan memasukkannya ke dalam mulutku. Marco melingkarkan jarinya di rambutku dan mendorong pinggulnya ke depan dengan gerakan yang cepat, mendorong dirinya lebih dalam lagi ke dalam mulutku, ujung miliknya mengenai tenggorokanku dan itu bukanlah masalah bagiku karena aku sudah terbiasa melakukannya dulu saat bersamanya. Aku mulai menggerakkannya keluar dan masuk dari mulutku, bibirku meluncur di bagian atasnya dengan cepat,lalu aku menjilatinya dengan lidahku. "Ya, sayang seperti itu. Bercinta seperti ini tidak ada yang melakukannya lebih baik dari dirimu sayang.” Ucapnya menggeram dan kepalanya jatuh ke belakang. Aku menyeringai. Kata-kata yang keluar dari bibirnya semakin menyemangatiku dan aku mulai bergerak lebih cepat. Aku menempelkan kukuku ke dadaa dan perutnya, cengkraman jarinya semakin kuat di rambutku. Lenguhan dan erangannya semakin keras. Aku tahu kalau dia sudah dekat dengan puncaknya, jadi aku mulai beriringan untuk melawan gerakannya dan hanya dalam waktu yang singkat, dia berteriak memanggil namaku dengan keras, menumpahkan cairan miliknya ke dalam mulutku dan pelepasannya mengambil alih dirinya dan aku membantunya untuk semakin naik ke puncaknya sebelum aku perlahan-lahan mengeluarkannya dari dalam mulutku  dan menjilati bibirku. “Mmm.. sayang, milikmu selalu terasa enak.” Kataku mengerang. Marco menarikku berdiri dan menempelkan bibirnya ke bibirku, lalu menciumku dengan kasar. “Seseksi makhluk kecil ini sayang, dia harus segera dilepas. Cepatlah! Aku akan membelikanmu yang baru nanti” ucapnya mendesis. “Kenapa harus membelikanku yang baru?” tanyaku bingung. “Karena aku baru saja akan merobeknya.” Katanya sambil menyeringai. Dan sebelum aku mengatakan sepatah kata pun, dia telah melakukan hal yang baru saja dia katakan padaku. Marco merobek lingerie milikku dari tubuhku dan membuang nya ke lantai. Aku bisa saja marah padanya, tapi ayolah.. apakah ada hal yang lebih seksi lagi dari tingkah seseorang yang merobek pakaian dari tubuhmu karena mereka sangat menginginkanmu. “Mmm.. sayang aku sungguh merindukan tubuh seksimu dan juga setiap lekuk tubuh indahmu.” Dia menggeram sebelum mendorongku ke tempat tidur dan naik ke atas tubuhku, lalu menempelkan tubuh telanjangnya ke tubuhku. “Kalau begitu kau memiliki waktu dalam seminggu untuk menebusnya. Aku ingin tahu bagaimana kau akan melakukannya?” kataku mendengus di hadapannya. “Aku akan mencium dan menyentuh setiap inci dari bagian tubuhmu di mulai dari sini.” Dia berkata sambil menggerakkan jarinya di bibirku, “Lalu ke sini.” Imbuhnya sambil menggosokkan jarinya di antara kedua kakiku, “Mmm... sayang, kau sudah sangat basah.” Katanya sambil menggeram. Dia benar. Aku memang sudah sangat basah untuknya., sama seperti saat setiap kali dia menyentuhku atau menciumku. “Hal pertama yang pertama kali dipikirkan Nyonya William.” Dia berkata dengan nada suaranya yang lembut sekarang. Aku menatapnya sedikit bingung. Aku kurang mengerti.. sebenarnya apa yang ingin dia katakan. “Aku mencintaimu Nyonya Debby Henry William dan itu adalah fakta bahwa kau adalah istri yang membuatku menjadi yang paling bahagia dan yang paling beruntung dalam hidupku dan di dunia ini.” Katanya sambil mengelus rambutku. “Aku juga mencintaimu. Akulah yang merasa beruntung Marco.. aku sudah sangat senang dan bahagia menjadi istrimu.” Kataku sambil tersenyum padanya. “Sekarang aku sudah mengatakannya. Sudah saatnya aku membuatmu untuk benar-benar lemah di bawah sentuhanku.” Katanya tersenyum. “Dengan senang hati sayang.” Kataku mengerang. Aku tidak sabar untuk berbagi malam pertama kami sebagai pasangan suami dan istri. Melakukan hubungan layaknya suami istri dan bercinta dengan berhubungan seks yang sangat panas dengannya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN