POV Marco
Kata-katanya yang mengatakan, Aku mencintaimu, Marco, bercintalah denganku.. sungguh itu membuat aku merasakan ratusan kali kebahagiaan sekaligus. Aku akan meluangkan waktuku dengannya, menunjukkan padanya apa artinya dia bagiku. Aku enari diri sejenak dari bibirnya, menatapnya sejenak, dan senyum pun tumbuh di bibirku.
“Apa?” dia berkata dengan tersipu malu-malu.
“Tidak, aku hanya mengagumi gadisku, boleh kan?” tanyaku sambil mengedipkan mata.
“Ya” katanya sambil menghela nafas.
Debby mengulurkan tangan, mengusapkan ujung jarinya dengan lembut ke pipiku. Aku menelan salivaku dengan susah payah, lalu aku memejamkan mata dan menikmati sentuhannya. Takut kalau-kalau ini semua hanya mimpi atau khayalanku saja, aku membuka mataku, dan menemukan dia sedang menatapku dengan tatapan mata penuh cinta.. penuh keinginan dan juga nafsu. Aku turun kebawah untuk meraih bibirnya di bibirku sekali lagi dan menciumnya dengan lembut.
Dia merintih dalam ciuman, mencengkramkan tangannya ke rambutku untuk memperdalam ciuman kami yang lembut. Aku menyelipkan tanganku diantara tubuh kami, meraih tengkuknya dan menariknya. Debby duduk, membiarkan aku menghapus jarak dari tubuhnya. Aku mengerang keras saat melihat dia setengah telanjang di bawahku. Sungguh aku sangat merindukan wanita ini. Debby mengulurkan tangan , melepaskanku dari tengkuknya. Aku sengaja membiarkan tangan dan bibirnya menelusuri dadaku. Aku menegang di bawah sentuhannya, kulitku terasa seperti terbakar.
Aku menekan kembali tubuhku ke tubuhnya, aku menciumnya sebelum aku menciumnya ke bagian bawah tubuhnya, mencium dan menyentuh setiap inci tubuhnya, dan menikmati setiap inci tubuhnya. Aku menyimpan gambaran rasa was-was dia di kepalaku, aku khawatir kalau-kalau aku kembali mengacaukan semua ini. Debby melengkung ke arahku, tangannya mencengkram sprei di bawahnya saat dia mengerang dan terengah-engah. Aku meraih ikat pinggang celana pendeknya, mencapainya, menggesernya dari tubuhnya, bibirku menelusuri setiap lekuk tubuhnya hingga ke ujung kakinya, dan membiarkan aku melepaskan celana pendeknya jatuh ke lantai.
Debby memperhatikan aku dengan seksama saat aku mengambil yang akhirnya menjadi milikku, berjalan kembali, dan memusatkan perhatianku secara khusus di antara kedua kakinya.
“Marco, please sayang... aku membutuhkanmu... aku menginginkanmu.” Dia mengerang keras dan kepalanya jatuh ke belakang.
Aku kembali menelusuri bibirnya, menciumnya agi saat dia meraih celana jeansku, membukanya dan melepaskannya ke bawah kakiku, membiarkannya jatuh ke lantai beserta dengan boxerku. Dia menarik tubuh telanjangku mendekat ke tubuhnya, ujung jarinya menelusuri punggung dan bokongku.
“Aku mencintaimu.” Kataku berbisik.
“Aku juga mencintaimu Marco, bercintalah denganku sekarang.” Ucapnya berbisik.
Aku mengangguk, menjalankan tanganku di pinggulnya, lalu ke bawah pahanya, melingkarkan tanganku di pinggulnya, lalu aku mengambil tempat di antara kedua kakinya. Aku meraih tangannya di tanganku, menjepitnya di atas kepalanya, bibir kami bertemu dalam ciuman yang penuh dengan gairah saat aku mendorongnya ke depan lalu perlahan-lahan masuk ke dalam miliknya yang sudah sangat basah. Dia mengerang ketika aku mulai memenuhinya.
“Aku rindu padamu.” Aku mengerang, mendorong diriku masuk jauh ke dalam dirinya.
Aku merindukan bagaimana miliknya melilit milikku. Aku dan dia merasa cocok satu sama lain dengan sempurna dan tidak hanya dalam hal ini, melainkan dalam segala hal juga. Jantungku berpacu dengan kecepatan yang tidak pernah aku rasakan sebelumnya. Aku perlahan mulai bergerak melawannya, membuat kontak antara kulit dengan kulit, dan itu membuat seluruh tubuhku bergetar.
Aku bercinta dengan seorang wanita untuk pertama kalinya dalam hidupku, aku tidak pernah merasakan sesuatu seperti ini.. aku seperti terbiasa melakukan ini dengan dia, pada kami berdua.
*******
“Marco !” Debby meneriakkan namaku saat dia sampai pada puncak kenikmatannya.
Aku mengelus lehernya dengan wajahku, mencengkram pinggulnya erat-erat dan mendorongnya untuk yang terakhir kalinya, menumpahkan semua cairan milikku jauh ke dalam miliknya dan tubuh kami bergetar bersama saat kami sama -sama sudah selesai. Aku membiarkan tubuhku jatuh ke tubuhnya, mengubur diriku ke dalam dirinya. Aku mengangkat kepalaku, lalu menyandarkan padanya, dan aku tersenyum padanya dan membelai pipinya.
“Aku bisa terbiasa dengan ini.. terbiasa bercinta denganmu, Debby,” kataku berbisik di telinganya dengan nafas beratku.
Dia mengulurkan tangan, memainkan rambutku, mengenduskan hidungnya ke wajahku.
“Aku juga sayang. Aku juga sepertinya terbiasa melakukan ini semua padamu. Aku merasa seperti ini pertama kalinya aku bercinta.” Ucapnya berkata dengan malu-malu.
“Kita berdua sama sayang.. kita sama.” Kataku membalas ucapannya. Aku memagut bibirnya sebelum berguling. Dia segera bergerak, meringkuk ke dalam diriku, menyandarkan kepalanya di dadaku dan tangannya di perutku.
Aku melihat ke bawah, ke arahnya, lalu bersitatap dengannya yang juga menatapku, mengukir senyum terindah di bibirnya. Aku mengulurkan tanganku lalu mencium keningnya.
“Aku benar-benar mencintaimu Debby. Aku minta maaf padamu karena aku butuh beberapa saat untuk menyadari seratus kesalahanku. Aku berjanji tidak akan menyakitimu lagi.” Kataku berbisik sambil menatap mank matanya.
“Aku juga sangat mencintaimu, Marco. Saat itu aku uga terlalu egois dengan mempercayai semua kesalah pahaman di antara kita. Sekarang mari kita introspeksi diri pada apa yang terjadi pada kita oke? Kita berdua sama-sama melakukan kesalahan lebih dari sekali, tapi pada akhirnya kita kembali bersama sampai disini.” Ucapnya tersenyum.
Aku mengangguk, meraihnya lalu menciumnya dengan semua kasih sayang yang aku miliki untuknya, dengan setiap besarnya cinta yang aku miliki untuknya.
“Aku tidak pernah ingin kehilangan dirimu lagi, Debby.” Kataku sambil tersenyum.
“Dan kau tidak akan kehilangan diriku Marco... aku berjanji padamu.. kita akan bersama-sama.” Ucapnya berkata dengan percaya diri.
Aku harap dia benar. Aku berharap kalau aku tidak mengacaukan ini semua dan membuatnya marah padaku. Dia pantas mendapatkan seseorang yang lebih baik daripada aku dan aku tahu itu. Tapi dilain sisi aku juga tidak bisa hidup tanpa nya.
“Marco, Hentikan itu!” ucapnya berkata lalu duduk.
“Hentikan apa?” tanyaku bingung.
“Marco, semuanya tertulis dengan jelas di wajahmu. Kau berpikir hal-hal yang lebih buruk.. kau berpikir kalau kau akan mengacaukan ini semua dan membuatku marah, tetapi kau sungguh tidak perlu sampai berpikir seperti itu, ok? Aku mencintaimu. Kita akan menyelesaikan semua ini bersama-sama, aku berjanji padamu, kalau aku tidak akan meninggalkanmu... aku akan selalu ada di sisimu, bersamamu.” Ucapnya tersenyum.
“Maaf. Sungguh aku tidak ingin berpikir seperti itu. Aku hanya merasa benar-benar takut sayang. Aku takut aku akan mengacaukan ini semua dan kembali menyakiti hatimu. Itu yang aku takutkan” kataku sambil menghela nafas.
Dia menggeser dirinya lalu duduk diatas perutku, meraih wajahku di antara tangannya.
“Kau tidak akan melakukan itu lagi Marco, perbedaan antara mereka dengan dirimu adalah, kalau kau benar-benar peduli padaku.. kau benar-benar mencintaiku. Aku juga takut Marco, aku tidak pernah merasa seperti ini pada siapa pun. Kita jatuh cinta dengan cepat dan tidak terduga. Kita terikat untuk takut, tapi kita bisa menyelesaikan semua ini secara bersama-sama, oke?” ucapnya berbisik.
“Kau berjanji?” kataku bertanya, menunjukkan kerapuhan sepenuhnya untuk pertama kalinya dalam hidupku.
“Aku berjanji. Aku mencintaimu Marco, percayalah, oke? Dan kau pun mencintaiku. Kita sama-sama mendapatkan ini, aku bersumpah.” Dia berkata bersungguh-sungguh dan menciumku sekali lagi.
Aku tersenyum di bibirnya.. aku merasa lebih baik setelah mendengarnya. Aku percaya padanya dan aku bisa melakukan ini. Aku tahu itu tidak akan mudah, tapi aku harus sedikit memiliki keyakinan. Dia menarik diri, menjauh dari diriku kembali.
“Hei!” kataku cemberut.
“Sabar sayang, kita punya banyak waktu semalaman.” Ucapnya sambil mengedipkan mata.
“Lebih dari sepanjang malam sayang. Kita punya banyak waktu selama kau ingin berada disampingku sayang.” Kataku mengedipkan mata.
Dia terkikik, menggelengkan kepalanya sebelum turun dari tempat tidur. Aku berbaring, mengawasinya, dan aku tersenyum pada diriku sendiri. Dia benar-benar wanita yang paling cantik yang pernah aku lihat dan dia kini menjadi milikku sepenuhnya.
“Kau benar-benar sangat cantik Debby.” Kataku berbisik.
Dia melihat ke arahku dari balik bahunya saat dia menarik tengkukku ke tubuhnya.
“Berhenti!” katanya terkikik, tersipu.
Aku menggelengkan kepalaku, beranjak berdiri dan berjalan ke arahnya. Aku meraih pinggulnya, menariknya mendekat ke tubuhku, tangannya jatuh di leherku.
“Aku mencintaimu, jangan tinggalkan aku seperti itu lagi sayang.” Kataku berbisik di telinganya.
“Aku tidak akan meninggalkanmu, tidak akan pernah melakukannya. Aku pun juga mencintaimu, Marco dan aku senang pada akhirnya ada kejelasan dimana hubungan kita.” Katanya tersenyum lebar dan bersemangat.
Dia benar-benar imut dan cantik,seksi dan apapun itu dalam kata lain yang bisa aku pikirkan untuk menggambarkannya. Aku masih butuh waktu untuk membiasakan semua ini bersama dia. Berdiri disini bersamanya membuatku berpikir, kalau dia ternyata cocok untukku. Aku tidak berpikir aku bisa membayangkan diriku dengan orang lain. Aku hanya berharap kami akan mendapatkan akhir yang bahagia terutama karena dia pantas untuk mendapatkannya.