POV Debby
Satu tahun kemudian
“Katakan sekali lagi, mengapa kau mengadakan Random Party?” aku terkikik ketika aku dan Marco menuju ke aula indah yang berada di dalam salah satu hotel milik orang tuanya.
Tidak ada alasan... tidak ada kesempatan untuk kami mengadakan pesta, Marco hanya ingin melakukannya. Dia adalah salah satu orang yang paling Random yang pernah aku temui, tetapi tidak akan mengubahnya untuk apa pun.
Aku mencintainya apa adanya dan tahun lalu ini terasa luar biasa bersamanya dan kami telah tinggal bersama selama enam bulan, sekarang dan keduanya masih hidup sehingga harus memberi tahu kami sesuatu.
“Karena aku ingin.” Katanya dan dia tertawa. “Ditambah lagi setelah sekian lama sejak semua keluarga dan teman-teman kita telah bersama-sama.” Imbuhnya sambil tersenyum.
Aku tertawa, lalu ak menggelengkan kepalaku.
“Kau memang aneh.. kau beruntung karena aku mencintaimu.” Kataku sambil mengedipkan mata.
“Mmm, ya, aku memang beruntung.” Katanya menyeringai daan menghentikan langkah kami untuk masuk. Dia
menarikku ke dadanya, tangannya pun jatuh di bibirku.
“Aku juga mencintaimu sayang. Aku akan menunjukkan padamu seberapa besar dan banyaknya cintaku padamu nanti.” Imbuhnya mengedipkan mata.
Untuk beberapa hal memang tidak ada yang erbah.. dia masih berusaha untuk melepaskan tangannya dariku selama lebih dari sepuluh menit. Dia tidak memiliki keluhan sama sekali, tidak sepertiku yang kadang ada saja yang aku keluhkan. Aku pun menahan diriku untuk tidak melawannya.
“Aku yakin kalau kau pasti akan melakukannya.” Kataku tersenyum kembali padanya.
Dia mengulurkan tangan, dia menciumku saat dia memelukku erat-erat. Aku merintih di bibirnya yang menempel di bibirku. Bahkan setelah satu tahun pun ciumannya masih tetap bisa membuatku menjadi liar. Ciuman itu berlangsung selama beberapa saat sebelum kami berpisah.
“Berperilakulah dengan baik.” Katanya sambil tertawa, “Kita benar-benar harus masuk.” Imbuhnya sambil meraih tanganku, dan aku pun mengangguk, menuju ke dalam.
Aula itu tampak luar biasa di dekorasi dengan warna merah dan putih.. meja-meja pun di tata dengan indah, makanannya pun tercium sangat harum sekali. Orang-orang terkasih pun sudah berada disini.
“Whoa! Tempat ini terlihat sangat luar biasa meskipun hanya untuk Rando Party.” Kataku sambil terkikik.
“Aku berbohong tentang itu.” Ucapnya berbisik di telingaku.
“Kupikir kita sudah selesai untuk semua kebohongan, Marco.” Kataku sambil berbalik menghadap nya tapi dia tidak ada disana.
Kemana perginya dia? Aku melihat ke bawah dan di hadapanku ada sebuah sosok yang aku pikir tidak akan pernah aku lihat. Marco Henry william sedang berlutut dengan sebuah cincin di tangannya.
“Mm-arco, apa yang kau lakukan?” kataku tergagap melihatnya.
“Debby, kau dan aku telah melalui banyak hal dan tidak semuanya dilalui dengan mudah dalam setahun terakhir ini, tetapi pada akhirnya kita pun tetap bersama sampai disini dan aku tidak akan menyia nyiakan duniaku untuk itu. Aku rasa aku tidak sanggup membayangkan bagaimana jika hidupku tanpa dirimu, sayang. Bagiku, kau adalah seluruh hati dan jiwaku. Aku tidak pernah percaya jika cinta bisa sebaik ini.. sekuat ini sampai aku bertemu denganmu. Aku tidak pernah tahu jika mencintai seseorang harus sebanyak ini sampai aku bertemu denganmu, wanita yang tepat untuk aku cintai. Kau adalah seluruh duniaku sayang dan aku ingin menghabiskan sisa hidupku hanya untuk mencintaimu. Aku tidak pernah ingin kehilangan atau menyakitimu karena itu sama saja akan membunuhku secara perlahan. Debby maukah kau memberiku suatu kehormatan dengan menjadikanmu sebagai istriku?” katanya bertanya dengan gugup dan tangannya yang gemetaran.
Semua orang melihat ke arah kami. Jantungku berdegup dengan kencang dan air mataku pun mengalir di pipiku.
“Ya!, ya Marco, seratus kali kau bertanya maka seratus kali pun aku akan menjawab dan aku pasti akan menjawab, Ya!” kataku berteriak dengan keras agar semua orang mendengarnya dengan sangat jelas.
“Kau yakin?” katanya bertanya dengan linangan air mata yang sudah mengalir di pipinya.
“Ya.” Kataku sekali dengan mantap, lalu menariknya untuk berdiri, menariknya ke dalam tubuhku dan menciumnya lagi dan lagi.
Dia memelukku, dan mengangkatku dari lantai.
“Kau baru saja membuatku menjadi seorang pria yang paling bahagia dalam hidupku.” Katanya dengan suara yang bergetar, lalu menyematkan cincin itu ke jariku.
“Oh, My Marco, itu sangat indah. Aku sangat mencintaimu kau adalah seluruh hati dan jiwaku juga sayang. Aku tidak sabar untuk menghabiskan sisa hidupku bersamamu.” Aku berkata dengan linangan air mata yang jatuh di pipiku.
Seluruh ruangan terdengar riuh dengan suara tepukan tangan dan teriakan. Dia menarikku mendekat padanya dan memelukku di dadanya.
“Selamat datang di pesta pertunangan kita cantik.” Uapnya berkata dengan terkekeh.
“Apa?” tanyaku menatapnya dan terkejut dengan apa yang baru saja dia katakan.
“Aku yakin jika pendengaranmu masih berfungsi dengan baik. Apa yang baru saja kau dengar itu semua benar, sayang. Semua orang yang hadir disini hanya untuk kita... hanya untuk menyaksikan pertunangan kita, menjadi saksi dari ikatan cinta kita. Semua orang sudah mengetahuinya selama berminggu-minggu kalau aku akan melakukan ini.” Katanya menyeringai.
Bagaimana caranya mereka bisa menyembunyikan ini semua dariku?
“Ya Tuhan! Kalian semua sungguh benar-benar gila.” Kataku terkikik. “Bagaimana kau tahu kalau aku akan memberikan jawaban Ya?” imbuhku menyeringai.
Dia mengulurkan tangan, meraih wajahku di antara tangannya.
“Karena kita ditakdirkan untuk bersama, sayang. Kita selalu ditakdirkan untuk menjadi kita. Aku tahu kau mencintaiku, sama seperti aku mencintaimu, jadi aku percaya kalau kau pasti akan memberikan jawaban Ya padaku, sayang. Iman dan cinta adalah sumber kekuatan dan keyakinanku untuk melakukan ini semua padamu.” Katanya tersenyum, menyandarkan dahinya ke dahiku.
“Aku tidak sabar untuk menjadi istrimu, Marc” kataku sambil menciumnya.
“Debby Henry William, bagaimana perasaanmu? Bagaimana kedengarannya? Apakah sudah terdengar sempurna? Apakah sudah terdengar seperti yang semestinya? Tanyanya tersenyum. “Ayo, kita harus merayakannya.” Imbuhnya mengajakku.
Marco meraih tanganku dan membawaku ke hadapan semua orang. Semua orang mengerumuni kami diatas panggung. Mereka semua memeluk dan mengucapkan selamat pada kami kami satu persatu. Aku mengambil langkah mundur dari mereka semua sejenak, tersenyum dan menerima semuanya. Aku hanya bisa meminta kehidupan yang lebih baik.. meminta keluarga yang lebih baik, teman dan juga suami dan masa depan yang lebih baik. Aku merasa mataku menjadi lebih baik melihat kesempurnaan ini, merasakan kehidupanku yang berubah menjadi lebih sempurna. Dan aku tidak sabar untuk menikahi orang yang aku cintai dalam hidupku dan memulai untuk membina keluarga kecil kami sendiri. Ini semua bukanlah perjalanan yang mudah bagi Aku dan Marco, tetapi pada akhirnya kami bisa sampai di tahap ini. Dan pada akhirnya kami berdua pun mendapatkan akhir yang bahagia.