“Aku tunggu,,” ucapnya Rima, sebelum menikahi panggilan. Nada bicaranya pelan, tapi penuh penegasan. Ia menatap layar ponsel yang sudah berubah menghitam, beberapa waktu lalu ia baru saja menghubungi Edo, sosok lelaki yang tidak membalas pesan darinya sejak tiga hari lalu. Edo memang semakin menghindar, tanpa memberinya kepastian, tapi Rima tidak akan tinggal diam. Apapun hasilnya nanti, ia akan tetap memposisikan diri sebagai kekasih Edo, calon istrinya. Rima mungkin akan dianggap egois, tapi dengan mempertahankan hubungannya dan Edo adalah salah satu bentuk pembalasan rasa sakit dan kecewa, tidak hanya pada Ibunya Dena, tapi juga Retno yang akan menjadi calon mertuanya. Edo menolak ajakan bertemunya hari ini, entah hanya kembali beralasan dan menghindar, atau mungkin Edo memang seng