Melihat sosok Alan yang dingin dan wajah yang terlihat kesal dan marah berjalan mendekati tempat di mana Eka dan Bella berdiri sekarang, perempuan itu segera menghampirinya. Setelah Alan sudah dekat dan berhenti di dekat Bella, Eka melingkarkan tangannya di lengan kokoh pria itu. Dia bergelayut manja di sana. Membuat Bella merasa kesal melihat pemandangan itu.
“Cowoknya kaya, ceweknya tukang ngabisin duit yang laki. Pasangan serasi banget,” batin Bella yang malas. Dia akan pergi dari lobi kantor, tetapi ucapan Eka menahan langkahnya.
“Alan, Bella menampar aku. Sakit banget rasanya. Aku enggak tahu kenapa dia nampar aku. Padahal aku cuma bilang selamat karena dia bekerja di sini. Aku enggak salah.” Eka mengadu dengan suara manja pada pria di sampingnya. Pria itu pun terlihat semakin marah.
Dia pun melayangkan tatapan tajam dan menghujam pada Bella. Mengapa perempuan itu harus membuat keributan di kantornya. “Mengapa kamu menampar dia?”
“Dia pacar Bapak? Wah, bagus dong. Tolong ajari pacar Bapak buat bersikap sopan pada orang lain. Saya tidak menampar dia, hanya memberikan pelajaran ala saya. Kenapa? Bapak tidak suka? Silakan pecat saya kalau memang Bapak tidak suka melihat saya memberikan pelajaran pada pacar Bapak ini!” Bella tidak takut sama sekali pada Alan. Dia juga tidak takut jika pria itu memecatnya hari itu juga. Bella pikir tidak sulit mencari pekerjaan di tempat lain.
Alan mengerutkan dahi masih terus menatap Bella. Terkadang dia heran dengan perempuan di hadapannya ini yang selalu keras kepala dan ingin menang sendiri. “Minta maaf sama dia, sekarang!”
Jelas sekali Bella tidak akan mau meminta maaf pada Eka. Bella merasa tidak bersalah sama sekali. “Tidak! Saya tidak akan meminta maaf pada dia. Saya tidak bersalah.”
Ucapan Bella membuat Alan bertambah marah. Mengapa Bella sulit sekali meminta maaf karena jelas sekali tadi dia yang menampar Eka dan dia melihat itu ketika berjalan di lobi tadi. Pria itu menarik napas lalu mengembuskan dengan kasar. “Kamu jelas-jelas menampar dia, , mengapa tidak mau meminta maaf?”
“Sampai kapan pun saya tidak akan meminta maaf karena saya tidak melakukan kesalahan apa pun.” Bella segera meninggalkan tempat itu menuju ruangannya.
Alan meminta asistennya membawa Eka ke ruangannya dan menemani perempuan itu sampai dia datang ke ruangan. Pria itu menyusul Bella ke ruangannya.
“Kenapa kamu selalu keras kepala dan selalu merasa kamu paling benar?” tanya Alan dengan nada mendesak pada Bella setelah tiba di ruangan perempuan itu.
Bella sudah pasti menatap pria itu dengan tatapan tajam melebihi tajamnya tatapan Alan padanya. “Kalau Bapak datang ke sini hanya untuk membujuk saya supaya minta maaf pada Eka, silakan Bapak kembali ke ruangan karena semua itu percuma, Pak.”
Bagi Alan Bella adalah perempuan paling aneh yang pernah dia temui. Di mana kebanyakan perempuan itu lemah lembut. Sementara dia, selalu bersikap kasar dan keras kepala. Apa karena dia tidak memiliki seorang Ibu?
“Bella, orang yang melakukan kesalahan itu harusnya dia minta maaf.” Pria itu mencoba melunak pada Bella.
“Aku tidak akan pernah meminta maaf untuk kesalahan yang tidak pernah aku lakukan!” Bella tetap bersikeras.
Alan menghela napas lagi lalu keluar dari ruangan Bella menuju ruangan kerjanya. Di sana Eka sudah menunggu di sofa. Alan pun menghempaskan tubuhnya di sofa yang sama di sebelah Eka. Pria itu melonggarkan dasi yang melingkar di lehernya.
“Alan, kamu tidak terpikir untuk memecat Bella? Aku khawatir dengan sikap kasarnya itu dia bisa menyakiti karyawan lain.” Seperti biasanya Eka akan selalu bicara dengan manja.
“Itu hak aku untuk memecat atau tetap ingin dia kerja di sini. Coba kamu ceritakan bagaimana kamu bisa kenal dengan Bella?”
Eka menarik napas panjang sebelum mulai bercerita. Sudah jelas dia akan memutarbalikkan fakta yang sebenarnya di depan Alan. “Aku dan Bella itu teman bahkan dekat sejak kuliah, tapi selama itu dia memang sering bersikap kasar. Teman-teman di kampus banyak yang enggak suka sama Bella. Mungkin karena dia besar tanpa sosok seorang Ibu.” Eka bicara dengan asal. Yang dia mau Alan selalu membenci Bella agar rahasia lima tahun yang lalu tetap aman.
“Iya, aku pikir mungkin karena dia besar tanpa sosok seorang ibu. Terus hubungan pertemanan kalian sekarang gimana?”
“Lima tahun lalu dia semakin benci dengan aku. Ketika dia ketahuan masuk kelab malam dan papanya marah besar lalu diusir dari rumah.”
Apa itu penyebabnya selama ini Alan tidak pernah bertemu dengan Bella saat dia diminta sang nenek untuk mencari Bella karena dia kabur dari rumah.
“Ok, sekarang kamu pulang saja dulu. Aku masih banyak kerjaan di sini selain di kantor utama.” Alan memanggil asistennya untuk mengantar Eka ke bawah.
“Apa malam ini kamu bisa datang ke rumahku?” tanya Eka dengan penuh harap. Dia masih berharap bisa menghabiskan malam bersama dengan Alan.
“Maaf, aku tidak bisa. Banyak pekerjaan yang harus aku selesaikan.”
Dengan perasaan malas dan terpaksa Eka harus pergi dari ruangan kerja Alan. Dia merasa sangat cemburu pada Bella saat tahu Alan dan perempuan itu berada di kantor yang sama. Sudah pasti mereka akan sering bertemu.
Setelah kepergian Eka dari ruangannya, Alan kembali fokus pada pekerjaannya. Dia harus menyelesaikan semuanya sebelum besok hari.
Seperti biasa pada jam tiga sore, ada rapat departemen desain dan Alan dengan alasan apa pun selalu hadir di sana. Seperti hari ini, pria itu masuk ruangan rapat setelah semua berkumpul.
Bella sibuk dengan pikirannya sendiri. Masih mengingat kejadian tadi siang. Dia menunggu Fitri membuka rapat. Kemudian, dia akan bicara lebih dulu sebelum masuk pada bahasan rapat hari itu.
“Pak Alan, saya mau mengundurkan diri.” Bella sudah mantap dengan keputusannya. “Saya tidak mau merugikan perusahaan ini dengan sikap kasar saya.”
Dahi pria itu berkerut. Menatap Bella dengan heran. “Kenapa lagi perempuan ini?”
“Pengunduran diri kamu tidak saya terima. Kamu akan tetap bekerja di sini apa pun masalah yang terjadi.”
Bukankah Alan terlihat sedang membela dan melindungi Bella. Karyawan departemen desain yang lain mulai berpikiran negatif pada Bella. Mereka semua sudah tahu saat Bella tadi menampar Eka. Mereka juga setuju jika Bella mengundurkan diri daripada terus membuat keributan di masa depan.
“Tapi, Pak?” Bella masih tetap ingin mengundurkan diri.
“Saya bos kamu. Saya yang berhak memutuskan kamu tetap bekerja di sini. Pengunduran diri kamu saya tolak!”