Suara decitan mobil bercampur dengan desahan Azuraa yang memekakan telinga. Satu tangannya mencengkram pundak Emran, kuku–kuku indah itu melukai kulit berwarna tan cerah tersebut. Sementara yang lain digunakannya untuk bertumpu ke langit-langit mobil. Kepalanya mendongak, mata dan bibirnya terbuka tenggelam dalam senggama. Dua gundukan yang terukir indah, bulat nan besar, naik turun mengikuti ritme yang Emran berikan. "Eunghh! Aaahh—empph!" "Uuhhhh, ssshitttt eeeunggh!" "F–faster! Mmmmphh!" "Emhhh—aahh! Aaah! f**k! L–lebih cceeepat! C–cepaaath aah!" Racau Azuraa tanpa segan sedikitpun. Padahal bercinta dalam kendaraan seperti ini lebih sensitif karena seluruh dunia mungkin akan mendengar jeritannya. Namun nampaknya Azuraa sama sekali tidak menggubris kemungkinan memalukan tersebut.

