Hani mengernyit melihat menu yang ada di hadapannya itu, tapi perutnya sudah terlanjur keroncong dan wangi ayam goreng itu menggoda penciumannya. “Apa ini? Kau tidak tahu aku tidak makan kulit ayam!” hardiknya. “Bahan makanannya tadi habis, Nyonya. Jadi Nira pun hanya bisa menyiapkan makanan ini untuk makan malam Anda!” kata Sari dengan sikap takut-takut. Hani mendengus, sebenarnya tidak masalah karena dia sudah lapar, hanya saja rasanya gengsi jika harus memuji. “Oke, aku tidak punya pilihan lain. Sana ke dapur lagi, mau apa tetap berdiri disitu? Mau menonton aku makan!?” Sari mengerjap dan segera berbalik kembali ke dapur. Dri balik meja dapur dia melihat Hani makan dengan lahap meski terlihat ogah-ogahan. “Cih! Dasar t***l!” umpatnya pelan. Selagi dia merapikan bahan makanan ke

