Maven tiba di rumah Rami dengan langkah cepat dan penuh amarah. Ia mengetuk pintu dengan keras hingga Rami, yang sedang duduk di ruang tamu, terpaksa membuka pintu dengan wajah tak sabar. Ketika melihat siapa yang berdiri di depannya, Rami langsung memutar bola matanya dengan kesal. “Apa lagi yang kau mau, Maven?” tanya Rami dingin. Maven melangkah masuk tanpa diundang, matanya menatap tajam ke arah Rami. “Aku mau kau berhenti mengganggu Farah. Aku tahu kau pergi ke tempat kerjanya tadi, dan aku tidak akan membiarkan kau menghinanya seperti itu lagi.” Rami tertawa keras, suaranya penuh ejekan. “Jadi kau datang ke sini untuk membela wanita itu? Hebat, Maven. Kau bahkan tidak peduli bagaimana aku merasa dihancurkan olehmu dan dia. Sekarang kau membelanya? Apa dia begitu sempurna di