Farah mengenakan seragam pelayan berwarna hitam dengan celemek putih yang rapi. Rambutnya diikat sederhana, memperlihatkan wajah manis yang dihiasi senyum tipis meski hatinya penuh kerinduan. Sudah dua hari Om Maven pergi bulan madu bersama Tante Rami, dan rasa hampa di dadanya semakin sulit diabaikan. Tapi Farah tahu, dia tidak bisa larut dalam perasaan itu. Pekerjaan di kafe Tante Rami menuntut profesionalismenya. Dia harus tetap tersenyum, melayani setiap pelanggan dengan ramah. Suasana kafe malam itu cukup ramai. Pengunjung datang silih berganti, memenuhi setiap meja yang tersedia. Farah berjalan dengan langkah ringan menuju salah satu meja di sudut, di mana tiga pemuda duduk dengan tawa yang riuh. Mereka masih muda, mungkin anak SMA yang mencari tempat nongkrong di malam hari. Farah