Lampu-lampu jalan berkelap-kelip di bawah langit gelap ketika Farah memasuki halaman rumah. Langkahnya terasa berat. Wajahnya tampak lelah, seolah hari itu telah menguras semua tenaganya. Waktu menunjukkan pukul delapan malam, dan udara malam terasa menusuk kulit. Farah menarik napas panjang sebelum mendorong pintu rumah. Ruangan terasa hening, hanya ada suara detik jam yang menggema di dinding. Di ruang tamu, Ibu duduk dengan pandangan kosong ke arah televisi yang menyala tanpa suara. Namun, begitu mendengar suara pintu terbuka, Ibu segera berdiri, menatap Farah dengan mata tajam. “Dari mana saja kamu, Farah?” tanya Ibu, nada suaranya terdengar dingin dan penuh kecurigaan. Farah, yang baru saja melepas sepatunya, terkejut mendengar pertanyaan itu. Dia menatap Ibu dengan wajah bin