Maven memandangi pesan dari Farah di layar ponselnya, isi pesan itu menggema di pikirannya: *"Om, aku butuh bicara. Ini penting. Tolong, jangan abaikan pesanku."* Maven menghela napas panjang, dadanya terasa sesak. Pikirannya berkecamuk. Haruskah dia menemui Farah malam ini? Dia tahu risikonya besar, terutama jika Rami tahu. Namun, ada sesuatu dalam pesan Farah yang membuatnya tidak bisa mengabaikan gadis itu. Setelah beberapa menit merenung, Maven membalas pesan itu: *"Aku akan datang setelah Rami tertidur. Tunggu aku."* Malam semakin larut, dan suasana rumah mulai hening. Rami sudah terlelap di kamar mereka. Maven mengintip sebentar, memastikan istrinya benar-benar tidur, sebelum melangkah keluar dengan hati-hati. Langkah-langkahnya nyaris tak bersuara saat menuruni tangga. Dia berja