Bab 65. Terusir

1527 Kata

Malam itu, angin malam berhembus pelan, dan Wirya merasa semakin sesak di dadanya. Langkahnya yang berat menuju rumah terasa semakin panjang, seakan langkah-langkah itu tidak hanya menuju rumah yang biasa ia huni bersama Liona, tetapi menuju sebuah kenangan yang terasa begitu berat untuk dipikul. Rumah itu, yang seharusnya menjadi tempat penuh kebahagiaan, kini terasa sepi dan sunyi. Ketika membuka pintu, Wirya melihat Liona terbaring di sofa, tidur dengan wajah yang lelah dan penuh kecemasan. Sebuah selimut tipis menutupi tubuhnya, namun sepertinya tidak bisa menghangatkannya dari rasa sakit yang sedang meresap dalam dirinya. Hati Wirya terasa terkoyak melihat istrinya yang begitu rapuh, begitu tampak terluka. Setiap detik yang berlalu membawa rasa sesak di dadanya. Dia ingat semua yang

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN