Sarah duduk di meja kerjanya dengan wajah yang tak bisa menyembunyikan kepuasan. Matanya menyala penuh kegembiraan, sementara tangannya sibuk memutar-mutar pena. Semua berjalan sesuai dengan rencana yang telah dirancangnya dengan sangat hati-hati. Dia tahu betul bagaimana memanipulasi orang, bagaimana menyusun skenario yang akan memerangkap orang-orang dalam permainan yang hanya akan berakhir dengan keuntungan dirinya sendiri. Telepon di meja kerjanya bergetar. Sarah dengan sigap mengangkatnya. Di ujung telepon, suara bawahannya terdengar cemas namun ada nada kepuasan yang terpendam. “Sarah, rencanamu berhasil. Liona terjebak dalam permainan itu,” kata bawahannya, terdengar dengan jelas dari seberang telepon. Hati Sarah berdegup kencang, meskipun dia mencoba untuk tetap terdengar tenang