Langkah kaki Vina terasa berat ketika ia berjalan menyusuri koridor rumah sakit. Hatinya berdebar kencang, memikirkan apa yang akan ia katakan begitu bertemu dengan Liona. Ia sudah merasa begitu dekat dengan Liona, seperti seorang kakak yang baru ia miliki. Namun, setelah semua yang terjadi, ia tak yakin apakah hubungan itu masih ada. Vina berhenti di depan pintu ruang rawat Liona. Tangannya gemetar saat ia meraih gagang pintu, mengambil napas dalam sebelum akhirnya membukanya perlahan. Di dalam, Liona duduk di atas ranjang dengan punggung bersandar pada bantal. Wajahnya pucat, namun matanya masih memancarkan ketegasan. Ia menoleh ke arah pintu, dan sorot dingin di matanya membuat Vina tertegun. "Liona ...." Vina memanggil pelan sambil melangkah masuk. Ia mencoba tersenyum, meskipun hat