Suara hujan mengguyur atap rumah sakit seperti irama tak beraturan yang mencerminkan kegelisahan hati. Malam telah merangkak jauh, menelusup ke dini hari, tetapi lorong rumah sakit tak pernah benar-benar tidur. Lampu-lampu putih menyinari ruang bersalin dengan sinar dingin, seakan menghapus batas antara harapan dan ketakutan. Liona telah berjuang selama hampir delapan jam di ruang bersalin itu. Nafasnya terengah, peluh membasahi seluruh tubuhnya. Rambut yang semula rapi kini menempel pada wajahnya, kusut dan basah. Tangan kirinya menggenggam erat sisi tempat tidur, sedang tangan kanannya mencakar seprai, menahan rasa sakit yang datang seperti gelombang—tinggi, tak terduga, dan menggetarkan seluruh tubuhnya. Dokter yang memimpin proses persalinan, sesekali bertukar pandang khawatir dengan
Unduh dengan memindai kode QR untuk membaca banyak cerita gratis dan buku yang diperbarui setiap hari