Ruangan itu penuh dengan aroma lavender yang menenangkan, bercampur dengan wangi khas teh melati yang baru saja disajikan. Ryan membuka pintu dengan perlahan, hampir seperti enggan. Pandangannya segera jatuh pada dua sosok di dalam ruangan. Wirya, duduk di kursi besar yang menghadap meja kerja, penuh dengan berkas-berkas tebal. Di sebelahnya, Liona, duduk di sofa sambil memegangi perut buncitnya yang tampak semakin besar. "Ryan," suara Wirya memecah keheningan, matanya mengamati putranya dengan tenang. "Ada yang ingin kamu bicarakan?" Ryan mengangguk pelan, melangkah mendekat. Pandangannya sesekali mencuri-curi ke arah Liona, yang tersenyum tipis namun tatapannya penuh kewaspadaan. "Ayah," Ryan memulai, suaranya sedikit bergetar. "Aku ingin berterima kasih pada Liona di sini. Dia masi