"Liona," suara Vina bergetar pelan, "Aku ... aku minta maaf atas apa yang terjadi kemarin. Mama menuduhmu dan memarahi tanpa alasan yang jelas. Aku tidak tahu harus bagaimana." Liona menatap Vina dengan tatapan lembut, namun jelas ada keraguan yang melintas di wajahnya. Dia menghela napas, mencoba menenangkan dirinya sendiri. Dia tahu betul bahwa ini bukan kesalahan Vina, meski perasaan sakit masih menyelinap di hatinya. Vina memang tak punya kendali atas ibunya, namun luka yang ditinggalkan tetap saja terasa. "Vina," Liona berkata dengan suara yang tenang, "Aku tahu ini bukan sesuatu yang bisa kamu atur. Tapi, itu tetap saja menyakitkan. Aku ... aku hanya bisa berharap Tante Farah bisa lebih memahamiku." Vina menundukkan kepala, berusaha menahan air matanya. Terkadang, beban hidup begi