Radit duduk di meja makan yang sudah hampir kosong, matanya menatap kosong ke arah secangkir teh yang tinggal setengah. Pikirannya kacau, berputar-putar antara masalah keuangan yang semakin memburuk dan kenyataan bahwa dirinya tak punya pekerjaan tetap. Rasanya semakin sulit untuk melihat masa depan yang cerah. Dia merasa terpojok, tak tahu harus berbuat apa lagi. “Gila, Far. Bagaimana hidup ini? Sekarang Vina juga berhenti magang di perusahaan Wirya,” keluh Radit, suaranya penuh dengan rasa frustrasi. "Kita kehabisan uang, aku tak punya kerjaan, dan sekarang malah Vina yang tidak jelas kerjanya. Apa lagi yang bisa kita harapkan?" Farah, yang sedang duduk di seberang meja, mencoba menenangkan Radit. Dia bisa merasakan ketegangan yang ada pada pria itu. Farah sudah lama mengenal Radit, da