67 | Ternyata Kamu Memang ...

1468 Kata

Mereka keluar dari ruangan Dokter Intan, dengan Yudistira yang tidak henti-hentinya memandangi Sasi dengan kedua sudut bibir terangkat. Tangan mereka saling bertaut, karena sedari di dalam sana tadi Yudistira enggan melepas. Masih ingat dengan jelas saat perut Sasi diberi gel dan transduser mulai ditekankan, napas Yudistira terdengar memburu bahkan pegangannya di tangan Sasi semakin mengerat. Satu hal yang paling Sasi ingat, yaitu Yudistira berbisik padanya, “Itu bayi kita, Mama ...” Yudistira bahkan berjongkok mensejajarkan wajah mereka, kepalanya disandarkan di pelipis Sasi, sementara tangan satunya yang bebas, ikut membelai surai Sasi. “Masih kecil. Semakin bertambah usia kehamilan, dia juga akan semakin membesar.” Waktu itu Sasi tidak tahu kenapa, tapi yang pasti dia ingin menangis.

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN