"Selamat pagi, Sugar Daddy. Oh bukan, Hot Daddy." Yudistira nyaris saja melompat setelah membuka mata. Bagaimana tidak, Sasi tengah berjongkok dengan kedua tangan menopang wajah. Lebih parahnya, jarak mereka hanya beberapa senti. Kalau saja tadi Yudistira buru-buru bangkit, Yudistira yakin mereka akan membenturkan wajah satu sama lain. "Apa tidurmu nyenyak, Daddy?" "Sasi! Sedang apa di kamar saya?!" "Aku-" Sasi berkedip sekali. "Membangunkanmu. Karena ini bukan hari libur, aku menjalankan tugas pertamaku menjadi baby yang baik. Membangunkan ayahnya, lalu membangunkan anaknya setelah itu." "Oke, saya berterimakasih. Tapi tolong menjauh sedikit dari saya dan jangan lagi bertindak seperti ini." "Siap." Cengiran Sasi muncul. Setelah menegakkan punggungnya, Sasi kembali melanjutkan. "Dadd