Kedua mata tajam Atlantis, tetap tidak bisa berhenti mengawasi Ibu Yuli. Wanita paruh baya yang masih necis, bulu mata badai, gincu merah menyala, pakaian juga modis–seksi. Gambaran wanita pemain, sangat mendukung penampilan Ibu Yuli. “Aku enggak boleh asal menarik kesimpulan. Lagi pula, pelakunya kan di Bandung, dan sedang dicari,” ucap Atlantis dalam hatinya. Ia menyimpan kacamata hitamnya di kantong sisi celana panjang abu-abunya. Kepergian Atlantis yang masuk area ruang rawat, sudah langsung membuat Pak Roni mengawal. Seperti dugaan Pak Roni, tanpa salam bahkan sekadar basa-basi, Atlantis langsung menerobos masuk. “Si Yuli punya masalah apa ke kamu? Kenapa dia begitu membencimu?” “Apa yang tadi dia lakukan kepadamu?” “Dia melukaimu?” “Tangan, atau tubuh bagian mana miliknya yang