Hidup Ayana menjadi sunyi. Bukan lagi damai yang ia rasakan, tetapi justru kesepian. Mungkin karena terbiasa diperhatikan oleh Dika. Namun Ayana tak mungkin membuat itu kembali, meski Dika juga sudah langsung berusaha kembali. Seperti biasa, rutinitas Ayana ialah membangunkan Alessya. Ia yang sudah berias, dan rambut pun sudah ia kuncir tinggi, pamit. “Mama mau berangkat kerja, ya?” “Talo titu ... talo titu, atu Tama papa ... Esklim! Di tebelah, tan?” Alessya berpikir, andai dirinya tak bermain dengan mamanya. Karena mamanya harus kerja. Mending dirinya ke rumah sebelah karena di sana ada sang papa yang akan sangat memanjakannya. Mendengar balasan sang putri dan berupa keinginan, Ayana jadi merenung. Baru ia ingat, bahwa alasan hidupnya mendadak sangat sunyi memang tidak adanya orang