Louisa membuka mata setelah tidak lagi merasakan sepasang benda kenyal namun lembut, yang beberapa saat menyapa bibirnya. Wanita itu menarik oksigen sebanyak mungkin. D*danya bergerak cepat seiring dengan napas yang masih memburu. Sebastian mengusap pelan bibir basah Louisa sambil tersenyum hingga sepasang mata pria itu mengecil. “Sekarang tenagaku sudah kembali terisi,” kata Sebastian yang masih mengungkung Louisa dengan tangan kekarnya. Louisa mengedip sebelum berdehem. “Kamu semakin cantik dengan pipi merah seperti ini.” Tangan kanan Sebastian bergerak mengusap pipi Louisa yang terasa begitu lembut di telapaknya. Ibu jari pria itu bergerak ke arah sepasang bibir yang dengan melihatnya saja berhasil membuat pikirannya melayang dan darahnya mengalir lebih cepat. Apalagi saat dia benar-