Laura menatap pada apartemen di depannya. Laura menarik napas perlahan dan melepaskannya secara perlahan. Tangannya terangkat untuk menekan bel apartemen di depannya. Tiga kali Laura menekan bel itu, menunggu orang di dalam membuka pintu apartemen untunya.
Regan membuka pintu dan menatap Laura yang berdiri di depannya dengan tatapan seringainya. Uhh! Calon istrinya ini menepati janji ternyata untuk datang ke sini dan menemui Regan.
“Mari masuk sayang. Jangan sungkan, karena kau akan menjadi Nyonya Gaviano walau hanya sementara. Tapi tetap saja, nanti kau bisa merasakan hidup bergelimang harta dariku.” Bisik Regan di telinga Laura dan meniup telinga Laura sensual.
Laura merasakan bulu kuduknya meremang. Memundurkan langkahnya, dan melihat wajah tampan itu menyeringai.
Regan menjilat bibirnya. Siulan terdengar dari bibir tampan lelaki itu. “Bagaimana kalau kita menyicil anaknya sekarang?”
“M-maksudmu apa?” Tanya Laura gugup.
Regan menyentuh belahan d**a Laura, memajukan wajahnya dan meniup belahan d**a Laura lembut. “Bukankah kita tetap akan menikah? Bisa melakukan seks sekarang sayang.” Ucap Regan, meremas pelan p******a Laura.
“Ahhh…” Laura mendesh pelan ketika payudaranya diremas oleh Regan.
Regan menyeringai mendengar suara desahan dari Laura. “Kenapa? Kau mau melakukannya sekarang? Apakah kau benar masih perawan sayang?” Tanya Regan.
Wajah Laura merah padam mendengar apa yang ditanyakan oleh Regan. “AKU MASIH PERAWAN!” Teriak Laura.
Regan terkekeh kecil. “Aku hanya bercanda Laura. Lagian kalau kau masih perawan itu adalah hal yang paling beruntung aku dapatkan. Tentu saja aku sangat senang sekali mendapatkan calon istri masih perawan.” Tukas Regan.
Laura menghela nafas tidak mau meladeni Regan lagi yang memancing emosinya. Namun dia masih takut pada lelaki itu, terlihat begitu dekat dengannya. Laura kembali mundur. Namun Regan memegang pinggang Laura. Mendekatkan wajahnya pada Laura.
Cantik.
Dia memang tidak salah memilih calon istri bukan? Dia mendapatkan wanita cantik dan polos juga miskin untuk dinikahi oleh dirinya. Laura tidak akan pernah bisa melawan pada dirinya, malahan wanita itu pasti takut setiap ancaman yang diberikan oleh Regan pada Laura.
“Kenapa mundur hmm? Kau takut sayang? Jangan takut. Bukankah sebentar lagi kita akan menikah sayang. Kita sebentar lagi akan menjadi pasangan suami istri Laura. Kau akan merasakan bagaimana kejantananku masuk ke dalam lubangmu yang perawan itu. Kau menjerit di bawahku dan mendesahkan namaku sayang.” Kata Regan dengan sengaja menggesekkan kejantanannya yang sudah berdiri separuh pada paha dalam Laura.
Laura menelan saliva. Ia takut kalau dirinya akan diperkosa oleh Regan detik ini juga. Laura kembali menjauh dan menatap pada Regan dengan gugup.
“Jadi… apa yang harus aku lakukan? Aku tidak bisa berdandan.” Laura menunduk. Dia bahkan tidak pernah memikirkan yang namanya memiliki alat make up. Yang dia punya hanya lipstik, cushion, dan juga bedak tabur.
Untuk alis? Alis Laura itu tebal. Tidak perlu mengukir dengan pensil alis yang membuat dirinya bersyukur akan hal ini.
Regan memasukan tangannya ke dalam saku celana dan berdeham pelan. “Orang salon akan segera datang. Kau hanya perlu mengikuti apa yang mereka perintahkan dan setelah itu ikut denganku ke rumah ibuku.” Ucap Regan tersenyum sombong.
Seolah senyumannya itu mengatakan. Kalau dunia ini memang diatur oleh yang namanya uang. Apapun yang dilakukan oleh dirinya membutuhkan uang dan uang.
Laura mengangguk. Dan memegang kakinya yang terasa penat berdiri. Mau duduk pun, Laura segan dan tidak mau Regan berkata sinis padanya dan melarang dirinya untuk duduk.
Regan melihat Laura yang tampak kelelahan berdeham pelan. “Kau bisa duduk. Kakimu yang miskin itu bisa patah kalau berdiri terus. Tapi, jangan kaget kalau sofaku sangat empuk saat bokongmu yang biasa menduduki sofa murahan akan terasa empuk dan ketagihan duduk di sofa yang mahal.”
Laura mendengar kata hinaan itu berusaha memekakan telinganya. Karena dia tahu, akan terjebak selamanya dengan Regan. Dia akan selalu bersama lelaki itu sampai Regan mendapatkan apa yang dimau olehnya.
Laura duduk dengan perlahan di sofa. Dan memang sangat empuk sekali sofa orang kaya. Dia tidak bisa memungkiri ini, berbeda dengan sofa kayu dalam rumahnya yang sudah reot.
Laura menelan saliva menatap Regan. “Regan… apakah kau bisa meminta izin pada ayahku nanti, yang mau menikahiku.” Laura menunduk dan tidak berani menatap pada Regan.
Regan menaikan sebelah alis. “Aku harus memohon pada orang miskin? Oh Tuhan! Yang benar saja. Aku harus bersikap baik dan memohon pada orang miskin agar aku menikahi putrinya. Dunia pasti akan kiamat. Regantara Gaviano, yang tidak pernah berbicara dengan orang miskin sekarang harus memohon meminta untuk menikahi putrinya. Cih! Memangnya kau tidak bisa mengatakannya sendiri?” Tanya Regan.
Laura tersenyum sumbang. Kata-kata hinaan Regan barusan sungguh lebih menyakitkan sekali. Karena menghina ayahnya. Mau melawan pun tetap percuma. Yang ada Laura nanti akan dicaci maki oleh lelaki itu.
“Aku mohon …. Kau tahu, kalau pernikahan ini tidak akan sah kalau aku tidak diantarkan oleh ayahku ke atas altar Regan.” Ucap Laura memohon dan menangkup tangan nya di depan.
Regan mendengar itu menghela nafas kasar. Mau tidak mau dia harus melakukan perbuatan hina itu. Benar-benar merepotkan sekali untuk dirinya.
“Baiklah… dua hari lagi aku akan menemui ayahmu yang miskin itu.” Ucap Regan duduk di single sofa dan mengeluarkan ponselnya.
Laura mengepalkan tangan. Laura begitu marah mendengar ada orang yang menghina ayahnya. Tapi dia tidak bisa melawan Regan.
“Terima kasih Regan.”
“Hmm… aku juga mau menikah denganmu. Wanita miskin tidak punya bekingan sama sekali dan paling utama adalah lemah.” Kata Regan menaikan sebelah alisnya tersenyum sinis.
“Ya, aku memang lemah. Aku tidak akan bisa melawan seorang CEO yang kaya raya seperti dirimu Regan. Aku akan kalah. Aku tidak bisa.”
Regan menatap pada Laura dan tersenyum sinis. “Ternyata kau sadar diri juga. Jadi, jangan pernah melawan diriku Laura. Aku bisa melakukan segalanya. Termasuk menjual dirimu. Membunuh ayahmu. Atau mengambil ginjal ayahmu di depan matamu. Begitu mudah aku melakukannya, sayang. Jadi, patuhlah pada Tuanmu yang tampan ini cantik.” Ucap Regan.
Laura mengangguk lesuh. “Ya, aku akan patuh padamu.”
Laura menahan air matanya. Sesak rasanya. Kehidupannya yang sudah susah ditambah susah masuk ke dalam kehidupan Regan dan akan menjadi istri kontrak lelaki itu.