Bab 05

908 Kata
Regan menyimpan kontrak itu dengan hati-hati ke dalam tasnya, lalu menatap Laura dengan tatapan yang penuh arti. Wajah cantik Laura yang tertegun, dengan mata yang masih penuh kebingungan, menarik perhatian Regan. Ia bisa melihat betapa gadis ini terjebak dalam situasi yang sulit, namun juga merasa ada keteguhan di balik wajah itu—mungkin hanya rasa takut yang menggelayuti langkahnya, tetapi tetap saja, ia akan mengikuti perintahnya. "Tidak perlu bekerja di klub malam lagi," kata Regan dengan nada yang datar, namun penuh kekuatan. “Besok, kamu harus datang ke apartemen ini. Aku ingin kamu menemuiku di sana, kita akan bertemu dengan ibuku." Laura menatapnya, terkejut mendengar bahwa ia harus menemui ibu Regan. Mungkin, ini bagian dari pernikahan kontrak yang harus ia jalani—untuk menunjukkan bahwa mereka benar-benar pasangan sah. Tapi hati Laura berdebar, tidak tahu apa yang akan terjadi saat ia bertemu dengan wanita yang telah melahirkan pria ini. Apakah ia akan diterima? Atau, justru dipandang rendah? "Namun sebelum itu," lanjut Regan, suaranya sedikit lebih lembut namun tetap tegas. "Kamu perlu didadani terlebih dahulu. Penampilanmu saat ini... Tidak cocok untuk bertemu dengan ibu. Aku ingin kau terlihat sempurna." Laura menelan salivanya, menahan napasnya. Penampilannya yang lusuh jelas tidak sesuai dengan kehidupan Regan, dan ia tahu hal itu. Tapi ia merasa semakin kecil di hadapan pria ini. Dengan perasaan yang campur aduk, Laura hanya mengangguk, menerima kenyataan bahwa hidupnya akan berubah drastis mulai besok. Ia meraih alamat yang diberikan Regan dengan tangan yang gemetar, seakan itu adalah beban yang semakin menambah rasa takut dan cemas dalam dirinya. "Apa yang harus aku lakukan?" pikirnya dalam hati, menahan tangis yang sudah mulai mendera. Hanya demi uang, ia terjebak dalam pernikahan kontrak yang dipenuhi dengan aturan-aturan yang mengekangnya. Regan melihat Laura yang kini menunduk, menghela napas panjang. Sebuah senyum tipis terukir di wajahnya, meskipun tidak ada rasa empati di sana. Ia tahu, semua ini hanya langkah awal. Setelah semuanya selesai, Laura akan menjadi miliknya, dan ia akan mendapatkan apa yang ia inginkan—tanpa ada yang bisa melawan. "Besok pagi," Regan melanjutkan, "Datanglah tepat waktu. Kita akan mulai langkah pertama dalam hubungan ini." Laura mengangguk sekali lagi, lalu berdiri dan mengambil tas kecilnya, bersiap untuk pergi. Dengan langkah yang terasa begitu berat, ia meninggalkan restoran itu. Di luar, suasana malam Jakarta masih ramai, tetapi hatinya terasa sepi. Ia tahu bahwa hidupnya kini ada dalam genggaman tangan Regan. Semua yang dia miliki, bahkan dirinya sendiri, seakan telah dijual demi uang dan janji yang dibuat oleh pria itu. Sementara itu, Regan menatap punggung Laura yang perlahan menghilang dalam keramaian. "Semua sudah berjalan sesuai rencana," gumamnya pelan. "Kau akan menjadi bagian dari hidupku, Laura." Kata-kata itu penuh dengan kepastian, dan bagi Laura, masa depan yang tak terduga kini menanti, terjerat dalam perjanjian yang telah ia tandatangani. *** Laura pulang ke rumah dengan mengayuh sepeda bututnya, perasaan yang bergejolak di dalam dadanya. Setelah beberapa lama, ia akhirnya sampai di rumah kecil yang mereka tinggali. Rumah yang jauh dari kemewahan, dengan dinding yang sudah mulai rapuh dan cat yang mengelupas. Namun, bagi Laura, rumah ini adalah tempat yang penuh kenangan, tempat di mana ia dibesarkan oleh ayahnya yang selalu berjuang untuk mereka berdua. Ayahnya sedang duduk di ruang tamu, matanya tampak lelah. Setelah beberapa hari terpuruk karena ancaman rentenir, wajahnya terlihat semakin kusam. Laura tidak bisa menahan diri, melihat ayahnya yang begitu rapuh. Segera, ia mendekati ayahnya dan duduk di sampingnya, memberikan senyum yang seakan mencoba menutupi segala kecemasan yang ada dalam dirinya. “Ayah,” kata Laura dengan suara lembut, mencoba terdengar tenang meskipun hati terasa tertekan. “Aku sudah ada uang untuk bayar hutang itu.” Ayahnya menatapnya dengan mata terbelalak, seolah tidak percaya dengan apa yang baru saja didengar. "Dari mana kamu mendapatkan uang sebanyak itu, Laura?" tanyanya, suara penuh keheranan dan kekhawatiran. Laura menghela napas panjang, mencoba menenangkan diri. Sebenarnya, dia tidak tahu bagaimana menjelaskan semuanya pada ayahnya. Tentang pernikahan kontrak dengan Regan, tentang dirinya yang terjebak dalam permainan uang yang tidak bisa ia hindari. Namun, ia tahu satu hal—ia tidak ingin membuat ayahnya khawatir lebih lagi. Ayahnya sudah cukup menderita, dan ia tidak ingin melihat pria itu jatuh lebih dalam lagi dalam kesedihan. “Ayah tidak perlu tahu,” jawab Laura dengan senyum tipis yang sulit dipaksakan. "Yang terpenting adalah kita tidak akan terlibat dengan rentenir itu lagi. Kita akan bebas dari mereka." Ayahnya memandangnya dengan mata yang penuh kebingungan, seolah ada pertanyaan besar yang belum terjawab. Namun, akhirnya ia hanya mengangguk perlahan. Mungkin, ia merasa sudah cukup lelah untuk bertanya lebih lanjut, atau mungkin ia merasa ada sesuatu yang tak bisa ia pahami. "Baiklah," kata ayahnya dengan suara pelan. "Yang penting kita bisa hidup tenang lagi." Laura merasa hati sedikit lebih lega mendengar kata-kata ayahnya, meskipun ia tahu itu hanya untuk menenangkan dirinya. Tetapi di dalam hatinya, dia tahu bahwa semuanya sudah terlanjur. Tidak ada jalan kembali. Ia telah membuat keputusan besar, dan kini ia harus menghadapi konsekuensinya. Malam itu, Laura tidak bisa tidur nyenyak. Pikirannya terus melayang ke pertemuannya dengan Regan yang akan berlangsung esok hari. Dia tahu hidupnya tidak akan pernah sama lagi setelah itu. Segala yang dia lakukan kini akan berputar di sekitar pernikahan kontrak yang telah ia setujui—dan di tangan Regan, yang memiliki kekuasaan penuh atas hidupnya. Namun, di tengah kekalutan itu, Laura berusaha untuk tetap berpikir positif. Untuk sementara waktu, ia harus fokus pada satu hal: membayar hutang ayahnya, memberi mereka kesempatan untuk hidup tanpa ancaman. Sisanya, biarlah waktu yang akan menjawab.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN