Laura berdiri di depan cermin besar yang memantulkan sosoknya dalam balutan gaun pengantin putih. Gaun itu terbuat dari kain berkualitas tinggi, dihiasi berlian-berlian kecil yang menambahkan kilauan elegan. Setiap detail dari gaun itu berbicara tentang kemewahan, sesuatu yang selama ini hanya ada dalam impiannya. Namun, Laura tidak merasakan kebahagiaan yang seharusnya mengiringi seorang pengantin. Ia menunduk, memandangi tangannya yang gemetar. Gaun itu terasa seperti beban, bukan karena beratnya, tetapi karena maknanya. Pernikahan ini bukanlah sesuatu yang diinginkannya. Ini adalah kontrak, sebuah kesepakatan yang dipaksakan oleh keadaan. Dua tahun. Ia hanya harus bertahan selama dua tahun menjadi istri Regan, seorang pria yang hampir tidak dikenalnya, dan memberinya seorang anak. Set