Viola berdiri di balik sebuah pohon besar, menatap tajam ke arah Laura yang tengah duduk santai di bangku taman kompleks. Wajahnya menegang penuh kebencian. Wanita miskin itu… Viola mengepalkan tangannya, kukunya yang rapi menghujam telapak tangannya sendiri. Laura tampak begitu menikmati hidup mewahnya sebagai istri Regan, seolah dia pantas mendapatkan semua itu. Padahal, dia tidak lebih dari seorang gadis biasa yang tidak memiliki kekuatan atau status. Tapi lihatlah sekarang. Duduk santai, tersenyum, menikmati udara sejuk sore hari dengan wajah berseri. Seolah dunia ini miliknya. “Menjijikkan,” gumam Viola pelan, tatapannya penuh kebencian. Laura tidak akan bisa terus bersama Regan. Tidak akan bisa selamanya berada di sisinya. Cepat atau lambat, wanita itu akan terdepak da