Keesokan paginya, Akaz sudah menyelesaikan semua urusan terkait penerbangan mereka. Mereka akan kembali ke Jakarta dengan penerbangan pukul 10 pagi. Rania merasa sedikit lega, meskipun di dalam hatinya masih ada kegelisahan yang belum reda. Saat mereka tiba di bandara Changi, Akaz menatap atasannya dengan cermat. Rania tampak lebih diam dari biasanya. Tidak ada percakapan berarti sepanjang perjalanan dari hotel ke bandara. Biasanya, meskipun sibuk, Rania tetap bisa berbagi cerita atau memberikan arahan. Tapi kali ini, wajahnya tampak jauh lebih dingin. "Bu, apakah Ibu ingin saya menghubungi Pak Jery untuk memberi tahu kalau kita akan segera tiba di Jakarta?" tanya Akaz hati-hati. Rania terdiam sejenak. Ia ingin sekali mengatakan tidak, tetapi jauh di dalam hatinya, ia ingin tahu apakah