Pagi itu, suasana di ruang makan terasa hening. Jika biasanya ada Rania dan Jery yang sibuk mengobrol, lain dengan sekarang yang mana Hani harus duduk berhadapan dengan Jery membuatnya mendadak canggung. Hani masih belum bisa melupakan kejadian beberapa waktu lalu, di saat Jery yang sudah mulai berani memeluknya. Bisa jadi setelah ini Jery tak akan segan melakukan hal yang lebih dari itu. Sungguh, kehadiran Jery terlalu dapat membuat jantung Hani bekerja lebih keras dari biasanya. Wanita itu hanya diam, memilih untuk fokus pada makanannya dan menghindari kontak mata dengan Jery. Jery, di sisi lain, terlihat santai menikmati sarapannya. Ia melirik Hani sesekali, memperhatikan wajahnya yang lebih banyak menunduk. “Kamu kenapa diam aja?” tanya Jery tiba-tiba. Hani tersentak sedikit, tapi