Pagi ini, Esa sudah rapi dengan blazer putih dan rok hitamnya. Rambut panjangnya dibiarkan tergerai, memberikan kesan elegan namun tetap profesional. Wanita itu melirik jam tangannya sambil menyesap kopi terakhirnya sebelum berangkat kerja. Saat ia hendak melangkah keluar rumah, tiba-tiba sosok Anggara menghadang jalannya dengan ekspresi yang sulit ditebak. "Kak Anggara?" Esa mengerutkan kening. "Kakak kenapa sih?" Anggara tersenyum santai. "Aku mau antar kamu ke kantor." Esa mendengus kecil. "Sejak kapan Kakak jadi baik banget gini? Biasanya aku pergi sendiri juga nggak masalah." Anggara memasukkan tangan ke dalam saku celananya. "Hari ini beda. Aku cuma mau jalan-jalan sebentar sebelum mulai kerja." Esa mendelik curiga. "Bohong, deh. Jangan-jangan Kakak ada modus lain." Alih-alih