8. Dendam Mister Horrison

1026 Kata
Suara derit pintu kamar yang berbunyi, mendongakkan kepala Rania. Mengalihkan atensi wanita itu pada iPad di tangannya. Keningnya mengernyit mengetahui sang suami lah yang masuk ke dalam kamar. “Loh, Mas. Kok ke sini. Bukannya kamu harusnya tidur di kamarnya Hani?” tanya itu Rania lontarkan bukan untuk meledek sang suami melainkan memang tidak habis pikir dengan sikap Jerry yang seolah ogah-ogahan mendekati istri keduanya itu. Padahal katanya cinta tapi entah kenapa pria itu malah tampak malu-malu mengakuinya. “Belum saatnya,” jawab Jerry singkat sembari terus berjalan melewati ranjang yang ditiduri oleh Rania untuk menuju ranjang sebelah, tempat tidurnya sendiri. Pria itu merebahkan badannya begitu saja sembari pandangan lurus menatap langit-langit kamarnya dan apa yang Jery lakukan tak lepas dari pandangan mata Rania. Bahkan wanita itu telah meletakkan ipad di atas nakas guna bisa lebih fokus pada Jerry. “Belum saatnya gimana? Kalian menikah sudah tiga bulan loh? Lalu untuk apa juga kamu bawa Hani ke sini jika tetap saja kamu abaikan.” Mungkin hanya Rania seorang sosok istri yang malah berusaha mendekatkan sang suami dengan madunya. Aneh memang, tapi itulah kenyataan yang ada di mana Rania dan Jerry menikah hanya karena perjodohan semata. Ya, semua itu memang telah menjadi kesepakatan bersama di antara Jery dengan Rania ketika mereka sebelum menikah. Menjalani pernikahan dengan baik meski hubungan keduanya tak lebih dari sekedar persahabatan. Bahkan saat Jerry meminta ijin menikah lagi Rania pun mengiyakan dan memberikan ijinnya. Rania juga yang membantu Jerry berbicara dengan keluarga besar mereka hingga pada akhirnya Jerry berhasil menikah lagi dengan sosok wanita yang pria itu cintai. Wanita bernama Hanindia yang saat ini telah resmi menjadi istri kedua Jerry. “Sepertinya Hani masih takut aku dekati.” Pengakuan Jerry yang tidak lagi membuat Rania terkejut. “Ya itu artinya kamu harus lebah giat mendekatinya dan menciptakan sebuah kenyamanan yang nantinya membuat Hani terbiasa ada kamu di sekitarnya.” “Apa iya begitu? Aku hanya tidak ingin Hana takut dan malah pergi dari rumah ini.” “Cih, kamu ini seperti bukan Jery yang aku kenal saja. Ke mana nyalimu, Mas? Hanya menghadapi wanita saja kamu sudah keok begitu.” “Apa kamu bilang? Jangan meremehkanku, Rania.” Rania makah tertawa. “Kenyataannya memang begitu, kan?” “Kamu ini aneh. Di mana-mana seorang istri itu akan cemburu jika suaminya mendekati perempuan lain. Ini kamu malah sebaliknya. Menggebu-gebu memintaku agar mendekati Hani. Apa kamu sudah bosan jadi istriku, hem?” “Ya sebenarnya begitu. Aku hanya ingin bebas tapi kamu tau sendiri keluarga kita tidak mau ada perpisahan di antara kita. Bahkan mereka setuju kamu menikah dengan Hani asal kita tidak bercerai.” “Maafkan aku jika sudah menyulitkan hidupmu." “Kenapa harus minta maaf jika kita sama-sama diuntungkan dari hubungan ini. Sudahlah kenapa kita malah bahas lagi tentang pernikahan di antara kita. Aku tidur dulu." Rania bukannya enggan membahas perihal hubungan yang terlalu rumit di antara dia dengan Jerry. Tapi memang dia merasa sangat lelah ditambah esok hari akan ada banyak sekali pekerjaan yang harus dia lakukan sehingga sebisa mungkin dia akan menyimpan tenaganya agar ketika esok hari bisa bangun dalam kondisi tubuh yang fit kembali. “Tidurlah kamu pasti capek. Lagian kamu ini jangan terlalu ngoyo kerja. Bukankah kau masih ada satu kakak lelaki yang seharusnya bisa diandalkan sebagai penerus perusahaan.” “Halah kau ini seperti tidak tahu saja bagaiman Raja. Kalau dia diserahi perusahaan, bukannya berkembang yang ada malah dihancurkan." “Masih juga suka wanita?” "Iyalah. Lelaki di mana-mana sama saja kan?" “Kamu menyamakan aku dengan kakak kamu?” “Ya kenyataannya demikian." “Rania ... Rania. Aku dan Raja berbeda. Aku ini lelaki pekerja keras dan setia.” “Oh, ya?” "Ya. Andai dulu kamu dan aku menikah karena cinta ... mungkin saat ini kita telah hidup berbahagia." Rania diam dan enggan membalas perkataan Jerry. Entah kenapa Rania mulai kepikiran saja dengan hubungan pernikahannya dengah Jery dan juga pernikahan Jerry dengan Hani. Mau dibawa ke mana hubungan rumit ini nantinya dan Rania enggan memikirkan karena hanya akan menambah beban dan pusing kepalanya saja ** “Bos, ini data-data yang Anda minta,” ucap seorang pria tampan sembari menyerahkan sebuah bekas pada sang atasan. Fariz Horrison membaca denga seksama semua informasi yang dia dapatkan dari asisten pribadi sekaligus orang kepercayaannya. “Bagus. Thank you, Jaz. Kau boleh pulang sekarang," ucap Fariz yang kemudian membiarkan sang asisten undur diri dari hadapannya. Fariz masih betah duduk di kursi kebesarannya yang ada dalam ruang kerjanya padahal hari sudah cukup larut menjelang tengah malam tapi pria itu masih juga disibukkan dengan dunianya. Netra tajam pria itu masih sibuk memindai kata demi kata terkait sosok CEO wanita dari keluarga Wijaya. Wanita yang telah berhasil mengalahkannya di beberapa tender besar dan juga beberapa proyek yang ingin perusahannya dapatkan. Sial! ini semua penghinaan namanya karena selama menjadi seorang pengusaha, Fariz hampir tidak pernah terkalahkan. Tapi ini apa? Baru dua tahun menjalankan bisnis di bidang furniture saja dia sudah beberapa kali dikalahkan oleh sebuah perusahaan dibawah naungan Wijaya Group. Dan yang paling membuat Fariz tidak terima, karena beberapa proyek besar yang gagal dia dapatkan berasal dari perusahaan yang ada di luar negeri. Proyek yang telah di incar oleh Fariz. Dan yap. Itulah kenapa Fariz sangat ingin tau tentang siapa sebenarnya sosok Rania Sara Wijaya. Dalam benak pria itu terbesit sebuah pemikiran, apa iya karena Rania seorang perempuan jadi bisa dengan mudah bermain curang sehingga Horrison Company yang namanya saja sudah terkenal di kancah Internasional bisa dikalahkan dengan tragisnya oleh perusahaan keluarga seperti Wijaya Group. "Kau pikir hanya kamu saja yang bisa bermain curang? Saya pun bisa lebih licik dari yang kamu duga, Rania!" geram Fariz sembari menatap foto Rania yang diambil secara candid oleh salah satu anak buahnya yang ditugaskan memata-matai kehidupan seorang Rania Sara Wijaya. Fariz mendengus keras. Menutup map berisikan berkas Rania lalu ia simpan di dalam laci meja kerjanya. Seringaian terbit di bibirnya. Mengetahui Rania telah menikah, membuat Fariz memiliki ide licik untuk menghancurkan wanita itu pelan-pelan dan dengan caranya sendiri. Ya. Fariz akan turun tangan langsung untuk membuat Rania jatuh hingga tak lagi bisa bangkit. Bahkan jika perlu, akan Fariz buat Rania mengemis di hadapannya demi menyelamatkan perusahaan Wijaya Group.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN