"Minggir! Lo ah, sakit nih, hidung gue!" Teja menepiskan tangan Anggia, yang hendak mengusap darah dihidungnya dengan tisu. "Sorry Ja..." ujar Anggia penuh simpati. Meski Teja sudah menepiskannya, Anggia tetap kembali membersihkan darah laki-laki itu dihidungnya dengan pelan-pelan. "Gue enggak tahu, kalau kak Langit ada di situ," "Heran, kan kalian udah putus. Ngapain sih, tuh bocah ikut campur? Dasar gila!" Kesal Teja, kali ini membiarkan Anggia membersihkan darahnya. "Lo kalau udah diputusin sama cowok. Lo jangan mau dong, hidup lo diatur-atur kaya gitu!" Anggia menarik napas pelan, "Gue bukan mau diatur-atur Ja. Kan posisinya tadi gue gak berani lihat dia. Lo sendiri kan tahu, gimana sifatnya dia." "Dia kaya iblis! Najis!" Serapah Teja, menghadirkan gelengan lelah dari arah sic