Kami mem-booking restoran ini hingga pukul lima petang. Dan sekarang, sekitar setengah jam menuju akhir acara. Gue dan Reina duduk terpisah. Istri gue itu asik berbagi cerita dengan sepupu-sepupu dan sahabatnya. Sementara gue berada di satu meja dengan Opa, Papa Gi, Papa Ga, Papi Ri, Ayah Edo, Aki, Om Eka, dan Om Rizal – suaminya Aunty Denok. Gue menyapukan pandangan kembali, mematri memori akan suasana magis tempat ini. Tanaman dan sulur-sulur hijaunya, bunga-bunga musim semi yang disisipkan, cahaya yang menerobos dinding-dinding kaca, pemilihan warna kayu yang memberi kesan menyatu dengan alam, lengkung-lengkung berkesan kuno, juga furniture-nya yang classic namun begitu elegan. Ah, jangan lupakan rasa sajiannya yang begitu lezat. “Yo, ngga ganti baju?” tanya Om Jasson. Gue menatap

