Mataku lekat tertuju pada pria yang belum dua jam bergelar suami. Papa Ga tengah merapihkan dasi dan keras Mas Rio, sementara Bunda dan Mama Andien memastikan aku dan gaunku nampak sempurna. Mas Rio terlihat begitu tampan dengan setelan hitam dan surai klimisnya. Sementara gaun yang kugunakan sungguh membuatku jatuh hati. Bahan dan warnanya yang lembut, pola dan jahitannya yang berkelas, juga detailnya yang sempurna. Sungguh sebuah masterpiece! “Keren ih, Teh,” puji Mama Andien. “MashaaAllah. Makasih, Ma,” tanggapku. “Apik banget. Mana bisa dilepas gitu ya lapisan roknya, jadi bisa dipakai ke acara resmi yang lain.” “Iya, Ma. Habisnya kan sayang kalau cuma dipakai sekali.” “Setuju.” Bunda memungkaskan penampilanku dengan menyelipkan beberapa hair pin berkepala bunga-bunga di

