Musik keras masih menggema di ruangan, tetapi perhatian semua orang tertuju pada panggung pelelangan. Penawaran untuk Daisy mencapai angka yang tidak terbayangkan—satu juta dolar, lalu meningkat drastis menjadi dua juta, lima juta, bahkan sepuluh juta. Daisy berdiri terpaku, matanya penuh dengan air mata. Ia merasa seperti boneka yang ditawar-tawar oleh orang-orang tanpa peduli pada dirinya sebagai manusia.
Akhirnya, seorang pria di tengah ruangan, dengan jas mahal dan sikap penuh percaya diri, menaikkan tangannya. “Lima belas juta dolar,” katanya dengan suara lantang, membuat ruangan itu terdiam sejenak.
MC di atas panggung tampak terpukau. “Lima belas juta dolar! Ada lagi yang ingin menaikkan tawaran?”
Suasana hening, hanya suara napas tertahan yang terdengar dari beberapa tamu yang tidak percaya dengan jumlah tersebut. Ketika tidak ada yang menawar lebih tinggi, MC mengumumkan, “Terjual! Untuk pria di sana dengan tawaran lima belas juta dolar!”
Daisy merasa lemas. Ia menutup wajahnya dengan kedua tangan, air matanya mengalir tanpa henti. Ia tidak tahu siapa pria itu atau apa yang akan terjadi padanya, tetapi satu hal yang pasti—semua ini adalah permainan Daniel, dan ia tidak punya kendali atas hidupnya.
***
Di meja VIP, Daniel menyeringai puas. Lima belas juta dolar adalah jumlah yang besar, bahkan untuk seseorang sepertinya. Kevin dan Joseph, yang duduk di sebelahnya, menatapnya dengan ragu.
“Daniel,” kata Kevin pelan, “Kau tidak benar-benar akan membiarkan pria itu membawa Daisy, kan?”
Joseph mengangguk setuju. “Dia milikmu. Kau tidak pernah membiarkan seseorang mengambil milikmu.”
Daniel tertawa kecil, suaranya terdengar penuh kepercayaan diri. “Tentu saja tidak,” jawabnya. “Mainanku tidak untuk siapa pun kecuali aku.”
Setelah pembayaran selesai, pria yang memenangkan pelelangan mendekati panggung untuk mengambil Daisy. Ia berjalan dengan santai, senyuman puas terpampang di wajahnya. Namun sebelum ia bisa menyentuh Daisy, Daniel berdiri dari tempat duduknya dan berjalan ke arah pria itu, menghentikannya di tengah jalan.
“Aku rasa ada kesalahpahaman di sini,” kata Daniel dengan nada rendah namun penuh ancaman.
Pria itu menatap Daniel dengan bingung. “Kesalahpahaman? Aku sudah membayar lima belas juta dolar. Gadis itu sekarang milikku.”
Daniel tertawa kecil, tetapi tawa itu tidak menunjukkan humor sama sekali. “Gadis itu tidak pernah milik siapa pun kecuali aku,” katanya sambil melangkah lebih dekat. “Dan aku tidak peduli berapa banyak uang yang kau keluarkan. Kau tidak akan membawanya pergi.”
Ketegangan di ruangan langsung meningkat. Pria itu, merasa diremehkan, mencoba melawan. Ia meninju d**a Daniel, tetapi Daniel dengan mudah menghindar dan membalas dengan pukulan keras ke wajah pria itu.
Keributan pun pecah. Orang-orang di sekitar berteriak, beberapa mencoba melerai, tetapi Daniel tidak peduli. Ia melayangkan pukulan demi pukulan ke pria itu, membuatnya terjatuh ke lantai dengan wajah babak belur.
Daniel berjongkok di depan pria yang kini tampak lemas itu. Ia menatapnya dengan mata penuh kebencian dan berkata dengan nada sinis, “Jangan pernah berpikir kau bisa melawanku. Daisy adalah milikku, dan tidak ada yang bisa mengambilnya dariku. Oh, dan terima kasih untuk uang lima belas juta dolarmu. Aku sangat menghargainya.”
Pria itu tidak menjawab. Ia hanya mengerang pelan, mencoba bangkit tetapi tidak mampu. Daniel berdiri dan melangkah ke arah Daisy, yang masih berdiri di panggung dengan wajah pucat.
***
Daisy menatap Daniel dengan penuh kebencian. Air matanya berhenti mengalir, digantikan oleh perasaan marah dan dendam yang membakar di dadanya.
“Kau benar-benar monster,” katanya pelan namun penuh emosi.
Daniel tersenyum sinis. “Mungkin. Tapi aku adalah monster yang membuatmu tetap hidup.”
Ia meraih tangan Daisy dengan paksa dan menariknya turun dari panggung. Semua orang di ruangan itu hanya bisa menonton, tidak ada yang berani melawan Daniel. Mereka tahu siapa dia—seorang mafia berbahaya yang tidak segan-segan menghancurkan siapa pun yang menghalangi jalannya.
Daniel membawa Daisy keluar dari klub malam, masuk ke dalam mobil mewah yang sudah menunggu di depan. Di sepanjang perjalanan pulang, Daisy duduk diam, matanya menatap keluar jendela.
“Jangan terlalu membenci aku, Daisy,” kata Daniel sambil menyalakan cerutu dan menghisapnya perlahan. “Aku baru saja menyelamatkanmu dari tangan orang lain.”
Daisy tidak menjawab. Ia hanya menatap bayangannya sendiri di kaca jendela, berpikir tentang bagaimana hidupnya berubah menjadi mimpi buruk ini.
***
Setelah kembali ke mansion, Daniel menyeret Daisy ke ruang tengah dan melemparkan tubuhnya ke sofa. Ia berdiri di depannya, menatapnya dengan mata yang penuh kemenangan.
“Kau harus berterima kasih padaku,” katanya dengan nada santai.
“Berterima kasih?” Daisy akhirnya berbicara, suaranya penuh dengan sarkasme. “Untuk apa? Untuk mempermalukanku di depan semua orang? Untuk menjualku seperti barang dagangan?”
Daniel hanya tertawa kecil. “Untuk menyelamatkan hidupmu, Daisy. Pria itu tidak akan memperlakukanmu sebaik aku.”
“Sebaik ini?” Daisy bangkit dari sofa, berdiri di depan Daniel dengan mata yang menyala-nyala. “Kau mempermalukanku, mengendalikan hidupku, dan sekarang kau ingin aku berterima kasih padamu? Kau gila!”
Daniel tersenyum tipis, tetapi senyuman itu tidak menyembunyikan bahaya yang tersembunyi di baliknya. “Aku tidak peduli apa yang kau pikirkan, Daisy. Kau adalah milikku. Dan semakin cepat kau menerima itu, semakin kau mengerti kalau uang bisa mengatur harga diri, sayang.”
Daisy menatapnya dengan penuh kebencian. Di dalam hatinya, ia bersumpah bahwa ia tidak akan menyerah. Suatu hari, ia akan menemukan cara untuk bebas dari pria ini, tidak peduli dunia mengatakan dirinya bodoh, karena kabur dari Daniel. Lelaki gila yang begitu berkuasa dan menghancurkan dirinya dan juga kebebasannya.