Daisy mengikuti langkah Daniel dengan berat hati. Gaun merah ketat yang dipaksakan kepadanya terasa begitu mencolok, membuatnya merasa seperti barang pajangan. Setiap langkah yang diambilnya menuju pintu besar klub malam terasa seperti memasuki perangkap yang lebih gelap dari sebelumnya. Musik berdentum keras saat mereka masuk, lampu neon berkelap-kelip menerangi ruangan yang penuh dengan orang-orang yang menari, minum, dan bercanda di bawah cahaya temaram.
Daniel menggenggam tangannya dengan kuat, menariknya melewati kerumunan menuju area VIP di sudut ruangan. Dua pria sedang menunggu mereka di sana—Kevin dan Joseph, teman lama Daniel. Mereka menyapa Daniel dengan tawa keras dan tos, lalu duduk di sofa melingkar yang empuk.
"Daniel, lama tak bertemu!" seru Kevin sambil menyesap minumannya. "Siapa ini?" tanyanya sambil melirik Daisy yang berdiri kaku di samping Daniel.
Daniel menyeringai sambil melingkarkan lengannya di pinggang Daisy. “Ini Daisy,” katanya dengan nada bangga. “Gadis baruku. Cantik, kan?”
Kevin dan Joseph tertawa, saling melirik dengan tatapan penuh arti. Daisy merasakan pipinya memanas. Ia ingin sekali menyingkirkan tangan Daniel dari pinggangnya, tetapi ia tahu apa yang akan terjadi jika ia berani melawan di depan orang-orang ini.
Mereka mengobrol selama beberapa menit, membicarakan bisnis gelap yang tidak dimengerti Daisy. Sementara itu, ia hanya berdiri di sana, merasa seperti boneka yang dipamerkan. Namun, suasana menjadi semakin aneh ketika Daniel meliriknya dengan senyum licik, lalu berkata dengan nada bercanda, “Hei, bagaimana kalau aku melelang Daisy malam ini? Kalian pikir berapa banyak uang yang bisa kudapatkan?”
Daisy menatap Daniel dengan mata terbelalak. “Apa?!” serunya tanpa sadar, suaranya tenggelam oleh dentuman musik di latar belakang.
Daniel menoleh padanya dengan tatapan tajam, memperingatkannya untuk diam. “Tenang, Daisy. Ini hanya permainan kecil,” katanya sambil tersenyum sinis. “Aku yakin kau akan menikmati perhatian yang akan kau dapatkan.”
***
Ketika Daisy sedang mencoba mencerna apa yang baru saja dikatakan Daniel, pria itu berdiri dan berjalan menuju seorang wanita yang tampaknya adalah pemilik klub malam. Wanita itu, yang dikenalkan sebagai Madame Janet, adalah seorang wanita paruh baya dengan rambut pirang platinum dan pakaian mencolok. Dia tersenyum penuh misteri ketika Daniel berbicara dengannya, lalu melirik sekilas ke arah Daisy.
“Dia terlihat sempurna,” kata Madame Janet sambil mengangguk setuju. “Pelelangan malam ini akan jadi lebih menarik dengan kehadirannya.”
Daniel menyeringai lebar, merasa puas dengan persetujuan Madame Janet. “Pastikan dia menjadi sorotan utama. Aku ingin semua mata tertuju padanya.”
“Bisa diatur,” jawab Madame Janet sambil tersenyum licik.
Ketika Daniel kembali ke tempat duduknya, Daisy langsung menatapnya dengan penuh amarah dan ketakutan. “Daniel, apa yang kau rencanakan?” tanyanya dengan suara bergetar.
Daniel menatapnya dengan senyum menantang. “Kau akan menjadi bagian dari pelelangan malam ini, Daisy. Jangan khawatir, aku akan tetap mengendalikan segalanya. Ini hanya untuk bersenang-senang... dan, tentu saja, menghasilkan sedikit uang.”
Daisy merasa seluruh tubuhnya membeku. Ia ingin melawan, ingin berteriak, tetapi suara dan kehadiran Daniel yang begitu dominan membuatnya tidak bisa bergerak.
***
Ketika waktu pelelangan tiba, Daisy dibawa ke belakang panggung oleh dua penjaga. Mereka menyerahkan sepatu hak tinggi yang lebih mencolok dan meminta Daisy untuk mengenakannya. Gadis itu merasa seperti tubuhnya tidak lagi miliknya sendiri. Setiap langkah yang ia ambil menuju panggung terasa seperti langkah menuju kehancurannya.
“Nomor berikutnya!” suara MC terdengar nyaring, memanggil peserta lelang baru. Lampu sorot langsung mengarah ke panggung, dan musik yang mengiringi suasana menjadi lebih dramatis. “Hadirin sekalian, izinkan saya memperkenalkan tawaran spesial malam ini. Seorang wanita muda yang mempesona, cantik, dan sangat eksklusif!”
Daisy berdiri di belakang tirai, jantungnya berdetak begitu kencang hingga ia merasa seperti akan pingsan. Namun, sebelum ia bisa mundur, tirai terbuka, dan ia didorong maju ke atas panggung.
Sorak-sorai dan siulan langsung memenuhi ruangan. Daisy berdiri kaku di bawah lampu sorot, merasa seperti rusa yang terperangkap di depan lampu kendaraan. Tatapan lapar dari puluhan pasang mata yang mengarah padanya membuatnya ingin melarikan diri.
“Lelang dimulai dari sepuluh ribu dollar!” seru MC dengan penuh semangat.
Tangan-tangan mulai terangkat, dan angka terus meningkat. Dua puluh ribu, tiga puluh ribu, lima puluh ribu... Daisy merasa mual mendengar suara angka-angka itu. Ia tidak percaya bahwa dirinya sedang diperlakukan seperti barang dagangan, dilelang kepada orang-orang yang bahkan tidak ia kenal.
Di sudut ruangan, Daniel duduk dengan tenang, menikmati setiap detik dari apa yang terjadi. Senyum puas terpampang di wajahnya, seolah-olah ini semua adalah permainan yang menghibur baginya.
Daisy, di sisi lain, hanya bisa berdoa dalam hati agar ini semua segera berakhir. Ia tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya, tetapi satu hal yang ia tahu pasti—ia harus menemukan cara untuk keluar dari neraka ini.
Air mata Daisy sudah terjatuh dan berharap bisa kabur dari ini semua. Namun Daniel … mafia kejam itu yang memiliki kendali terhadap hidupnya membuat Daisy tidak bisa kabur dari hidup lelaki itu. Daisy menjadi tawanan yang tidak pernah diinginkan oleh dirinya sepanjang hidupnya. Daisy ingin pulang.
Daisy ingin kembali ke hidupnya yang lama. Walau dia memiliki uang pas-pasan tapi hidupnya lebih terasa baik. Daisy ingin pulang.
Mohon … bawa dirinya pulang.